http://supportartikel.blogspot.com/2017/03/tma-tema-dalam-kitab-yeremia.htmlTema-tema dalam kitab
Yeremia
Pengantar Kitab Yeremia
Nabi
Yeremia berasal dari Kota Yerusalem. Kata Yeremia berasal dari bahasa Ibrani, Yirme-Yahu,
yang yartinya “Yahweh
menetapkan atau Yahweh meninggikan.[1]. Yeremia bin
Hizkia, lahir di Anatot daerah di sebelah utara Yerusalem. Nabi Yeremia lahir
dalam garis keturunan imam. Sehingga pada masa munculnya, ia telah memulai masa
pelayanannya. Nabi Yeremia hidup semasa pemerintahan raja Yosia (639 – 609 SM
). Bangsa Yehuda sedang menjalani masa kedamaian pada saat itu. Hal ini
dikarenakan adanya pembaharuan iman serta ibadat yang melibatkan raja, para
imam dan umat. Kejadian-kejadian di Yehuda
semasa 40-an tahun pelayanan nabi Yeremia, zaman pembaruhan keagamaan
(639 – 609 s.M). ; tiga peperangan (melawan Mesir 609 s.M melawan Babel 597 dan
587 s.M) ; tiga pembuangan (587, 587, dan 582). Lima raja keturunan Daud (Yosia
639 – 609 s.M dan Zedekhia, 597 – 587 ). Selama bertahun-tahun itulah terjadi
kecemerlangan Yehuda dalam sejarahnya (di bawah pemerintahan raja Yosia dari
tahun 639 – 609 s.M) sampai ke zaman paling kelam (6909 – 587).[2]
Latar
Belakang
Manasye ( 687 – 642 s.M )
Selama
pemerintahan Manasye, kerajaan Assyur berada pada puncak kekuasaannya. Manasye
tetap setia pada Assyur karena Manasye tidak mempunyai pilihan lain. Manasye
sangat menekankan pemujaan Baal, dewa kesuburan orang Kanaan, dan persundalan
suci. Kebijaksanaan Manasye sangat berbahaya karena perbedaan antara Allah
dengan dewa-dewa menjadi samar bagi kebanyakan orang Yehuda. Dengan demikian,
prinsip-prinsip pemujaan Allah berlawanan dengan prinsip -prinsip pemujaan
agama Baal dan ketika agama Baal semakin merajalela dan mengakibatkan kehidupan
bangsa Yehuda penuh dengan korupsi dan ketidakadilan. Menurut para ahli,
Manasye adalah seorang raja yang sangat jahat dan kejahatannya itu dapat
menunjukkan kehancuran bangsa Yehuda itu sendiri.
Amon ( 642 – 640 SM )
Masa
pemerintahan Amon tidak begitu lama. Pada masa pemerintahannya, tidak ada
perubahan kebijaksanaan yang terjadi, dan kelompok pegawainya membunuh Amon di
istananya.
Yosia ( 639 – 609 SM
Pada
masa pemerintahannya, raja Yosia melakukan pembaharuan di dalam bidang keagamaan.
Dan pada saat yang bersamaan dengan pembaharuan tersebut, nabi Yeremia menerima
panggilannya. Raja Yosia sendiri banyak melakukan pembaharuan dibidang agama
dan sosial. Hal yang sangat mendukung pembahauan itu adalah dengan ditemukannya
“Kitab Taurat” oleh Hilkia. Akan tetapi, raja Yosia meninggal ketika bertempur
dengan Firaun-Nekho ( 610-594 s.M ).
Yoahas (609 s.M)
Pada
masa pemerintahan Yoahas, raja Nekho terus mencampuri urusan Yehuda. Masa
pemerintahan dari raja Yoahas sangat cepat berlalu. Raja Yoahas hanya
memerintah selama 3 bulan setelah raja Yoahas dipecat oleh raja Nekho. Raja
membebankan upeti yang sangat besar pada Yehuda dan mengangkat Yoyakim (
609-598 s.M ) menjadi raja.
Yoyakim (609 – 598 s.M)
Pada
masa pemerintahan Yoyakim terjadi pertempuran besar yang sangat berpengaruh
dalam percaturan politik, yaitu pertempuran di Karkemis (605 s.M). Raja Nekho
berhasil dikalahkan oleh raja Nebukadnezar. Hal ini menunjukkan terjadinya
pindah tangan kepemimpinan di Asia Barat kepada Babel. Setelah Nebukadnezar
menguasai Asia Barat, nabi Yeremia menganjurkan agar Yehuda tunduk pada Babel.
Akan tetapi, kebijakan nabi Yeremia bertentangan dengan strategi dalam dan luar
negeri raja Yoyakim. Raja Yoyakim sangat berbeda dengan raja Yosia. Raja
Yoyakim akhirnya berakhir tragis di Yerusalem (598 s.M), tahun ke- 13
pemerintahannya.
Yoyakhin (597 s.M)
Pada
tahun 597 s.M Yoyakhin naik tahta menggantikan ayahnya, Yoyakim. Pada masa
pemeintahannya, Yoyakin menerima beban yang sangat besar, beban yang
ditinggalkan ayahnya, Yoyakim. Raja Yoyakhin hanya mampu memerintah selama 3
bulan. Nebukadnezar menyerbu Yerusalem, dan Yoyakhin pun menyerah. Yoyakhin
bersama para pejabat kerajaan Yehuda lainnya dibuang ke Babel, dan bait suci
dijarah. Seluruh musibah dan malapetaka yang terjadi pada masa pemerintahan
Yoyakhin terlebih dahulu dinubuatkan oleh nabi Yeremia. Tiga puluh enam tahun
kemudian Yoyakhin dibebaskan oleh anak dan pengganti Nebukadnezar.
Zedekia (597 – 587 s.M)
Zedekia
diangkat oleh raja Nebukadnezar menjadi raja untuk menggantikan raja Yoyakhin.
Zedekia adalah putra bungsu Yosia dan adik dari Yoyakhin. Pada masa
pemerintahannya (597 – 587 s.M), Zedekia memateraikan hukuman bagi Yehuda.
Zedekia sangat plin-plan dan tidak memiliki pendirian. Para pejabatnya adalah
golongan bawah, yang memandang rendah golongan atas, yang di buang ke Babel.
Akan tetapi, nabi Yeremia menganut keyakinan bahwa pemerintahan Zedekia tidak
akan bertahan lama. Pertentangan utama antara nabi Yeremia dengan Zedekia
adalah masalah pemberontakan terhadap raja Nebukadnezar. Pemberontakan itu
telah direncanakan pada tahun ke-IV pemerintahannya bersama dengan
negara-negara tetangga. Akan tetapi, Nebukadnezar berhasil mengetahui rencana
pemberontakan itu. Sehingga Nebukadnezar mengepung kota Yerusalem untuk kedua
kalinya. Nabi Yeremia menyarankan agar Zedekia menyerah karena Yerusalem pasti
jatuh ke tangan Babel.
Gedalya (587 s.M)
Setelah
pengepungan Yerusalem untuk kedua kalinya (587 s.M), Zedekia digantikan oleh
gubernur Gedalya. Pada masa ini, Nebukadnezar memperlakukan nabi Yeremia dengan
baik. Pada masa pemerintahan Gedalya, nabi Yeremia turut serta membantu Gedalya
dan nabi Yeremia tinggal di Mizpa. Akan tetapi, setelah Gedalya dibunuh, nabi Yeremia
beserta rombongan pindah ke Mesir dan tinggal di Takhpanhes.[3]
Aktivitas Pelayanan Nabi Yeremia Menurut Para Ahli
Menurut
D, C. Mulder, aktivitas kenabian Yeremia terbagi atas 4 periode, antara
lain:
Periode I
Pada
masa pemerintahan Yosia, nabi Yeremia menegur bangsa Yehuda. Kehidupan nabi
Yeremia diancam oleh orang-orang Anatot. Raja Yosia mengadakan reformasi dan
memusatkan ibadat di bait suci. Nabi Yeremia sangat mendukung usaha dari raja
Yosia tersebut dan nabi Yeremia tidak terlalu aktif lagi karena keadaan bangsa
Yehuda sudah memuaskan.
Periode II
Pada
permulaan periode ini, raja Yosia wafat serta kota Yerusalem jatu untuk pertama
kalinya. Raja Yosia digantikan oleh anaknya, Yoahas. Namun, 3 bulan kemudian,
Yoahas digantikan oleh Yoyakim yang diangkat oleh Firaun-Nekho. Nabi Yeremia
aktif lagi dan menentang Yoyakim dengan ketegasannya. Nabi Yeremia menubuatkan
tentang bait Allah yang akan dihapuskan karena salah penggunaan oleh bangsa
Yehuda sendiri. Hal ini menyebabkan nabi Yeremia dipenjarakan oleh imam Pasur.
Pada periode ini juga terjadi pertempuran antara Mesir dengan Babel yang
dimenangkan oleh Babel, dan oleh sebab itu Babel menjadi sebuah negara yang
sangat besar di Asia Barat. Yoyakim terpaksa menundukkan diri pada
Nebukadnezar. Namun, Yoyakim mengadakan pemberontakan terhadap Babel, yang mengakibatkan
Nebukadnezar mengepung kota Yerusalem. Kemudian, Yoyakim digantikan oleh
anaknya, Yoyakhin. Dalam 3 bulan pemerintahannya, Yoyakhin dan para pembesarnya
dibuang ke Babel. Zedekia naik tahta menggantikan Yoyakhin.
Periode III
Periode
ini ditandai dengan Zedekia yang naik tahta menggantikan Yoyakhin. Nabi Yeremia
menganjurkan agar raja dan bangsa Yehuda tunduk pada Babel. Bangsa Aram
memberontak terhadap Babel. Nabi Yeremia bertentang dengan nabi Hananya, dan
nabi Yeremia mengatakan bahwa nabi Hananya adalah nabi palsu. Pada akhir masa
pemerintahannya, Zedekia memberontak pada Babel dan meminta pertolongan pada
Mesir. Nabi Yeremia menasehati Zedekia agar berpaling pada raja Babel. Namun,
Zedekia malah menolak nasehat tersebut dan bahkan nabi Yeremia dipenjarakan.
Zedekia berhasil ditangkap dan Zedekia digantikan oleh Gedalya. Tidak lama
kemudian, nabi Yeremia dilepaskan oleh Nebukadnezar dan kembali pada Gedalya.
Periode IV
Periode
ini ditandai dengan jatuhnya kota Yerusalem untuk kedua kalinya. Atas nasehat
dan saran dari nabi Yeremia, Gedalya tetap setia pada Babel. Akan tetapi,
Gedalya dibunuh oleh Ismail, dan sebagian orang Yehuda mengungsi ke Mesir. Nabi
Yeremia juga dipaksa ikut serta dengan rombongan tersebut dan menetap di Mesir.
Nubuat Yeremia yang terakhir kali menyatakan teguran keras bagi bangsa Yehuda yang melarikan diri, dan
yang berbakti pada dewi langit serta berpaling dari Allah.[4]
Menurut
George, Fohrer, aktivitas kenabian Yeremia terbagi atas 4 periode,
yaitu:
Periode I (622 - 608 s.M)
Pelayanan
Yeremia yang pertama, dan pemanggilan Yeremia sebelum reformasi Yosia. Nabi
Yeremia muncul pertama kali di Anatot.
Di Anatot, nabi Yeremia mengumumkan penghakiman yang akan datang. Nabi Yeremia
pindah ke Yerusalem untuk mengamati situasi yang sedang memburuk. Nabi Yeremia
menentang kultus, krisis moral dan penyalahgunaan politik. Di Yerusalem, nabi
Yeremia juga mengumumkan penghakiman yang akan datang. Nabi Yeremia setuju pada
saat terbentuknya reformasi Yosia.
Periode II (608 – 597 s.M)
Pelayanan
pada masa pemerintahan Yoyakim. Nabi Yeremia menentang raja Yoyakim beserta
imam-imamnya, yang tidak mengakui kritik dari nabi Yeremia. Yoyakim menganggap
nabi Yeremia sebagai momok. Sehingga Yoyakim melarang nabi Yeremia mengunjungi
bait Allah di Yerusalem. Nabi Yeremia memperjuangkan dirinya bersama dengan
Allah. Barukh membacakan perkataan nabi Yeremia di bait Allah.
Periode III (597 – 586 s.M)
Kejatuhan
Yehuda dan Yerusalem ketika Zedekia memimpin. Nabi Yeremia menyarankan agar
Zedekia menyerah pada Babel. Akan tetapi, Zedekia tidak menerima saran dari
nabi Yeremia tersebut. Kemudian, pada tahun 588 s.M, Babel menyerang Yerusalem,
sehingga nabi Yeremia pindah ke Mesir bersama rombongannya.
Periode IV ( 586 SM )
Secara
singkat, periode ini dimasukkan dalam pasal 43:8-13;44. Menurut sejarahnya,
nabi Yeremia mati martir.[5]
TAHUN
PELAYANAN KENABIAN YEREMIA
No.
|
Tahun
|
Keterangan
|
1
|
645 s.M
|
- Kelahiran Yeremia
|
2
|
642 s.M
|
- Kematian Manasye,
raja Yehuda. Amon, anaknya memerintah sejak 642 – 640 SM.
|
3
|
640 s.M
|
Yosia menjadi raja
Yehuda
|
4
|
627 s.M
|
- Pemanggilan
Yeremia menjadi seorang nabi. Raja Yosia mengadakan pembebasan nasional dan
reformasi keagamaan.
- Sinkritisme dan
kemurtadan masih meraja lela.
|
5
|
622 s.M
|
- Reformasi Yosia
mencapai puncaknya.
- Kitab Ulangan
ditemukan dibait suci.
|
6
|
612 s.M
|
- Kejatuhan Niniwe,
ibukota kerajaan Assyur. Kota Haran dijadikan sebagai ibukota yang baru.
|
7
|
610 s.M
|
- Kejatuhan Haran,
raja Assyur pindah ke Karkhemeis. Firaun Nekho II menjadi raja Mesir.
|
8
|
609 s.M
|
- Pertempuan di
Megiddo, antara Yehuda dan Mesir. Kematian raja Yosia.
- Yoahas memerintah
selama 3 bulan. Yoyakim ditetapkan sebagai raja Yehuda.
|
9
|
605 s.M
|
- Nebukadnezar
mengalahkan Mesir dan sisa kerajaan di Kharkhemeis.
|
10
|
604 s.M
|
- Barukh membacakan
kitab gulungan yang berisi nubuat-nubuat Yeremia di bait suci.
|
11
|
601 s.M
|
- Yoyakim
memberontak melawan Babel.
|
12
|
598 s.M
|
- Nebukadnezar
serta tentara Babel datang melawan Yehuda.
- Kematian raja
Yoyakim.
|
13
|
597 s.M
|
- Kekalahan kota
Yerusalem yang pertama oleh Nebukadnezar.
- Yoyakhin dibuang
ke Babel dan Zedekia diangkat menjadi raja.
|
14
|
595 s.M
|
- Pemberontakan di
Babel.
|
15
|
594 s.M
|
- Negara – negara
tetangga berkumpul di Yerusalem untuk merencanakan pemberontakan terhadap
Nekho II.
- Nabi Yeremia
bertentangan dengan nabi Hananya.
|
16
|
589 s.M
|
- Zedekia
memberontak melawan Babel.
- Hofra
menggantikan Nekho II.
|
17
|
588 s.M
|
- Pengepungan kota
Yerusalem yang kedua.
|
18
|
587 s.M
|
- Kekalahan kota
Yerusalem yang kedua oleh Nebukadnezar.
- Yehuda dijadikan
provinsi dalam kerajaan Babel.
- Gedalya diangkat
sebagai gubernur baru di Mizpa.
|
19
|
562 s.M
|
- Kematian
Nebukadnezar. Ewil-Merodakh menggantikan Nebukadnezar.
|
20
|
561 s.M
|
- Ewil-Mrodakh
melepaskan raja Yoyakhin dari penjara di Babel.
|
21
|
539 s.M
|
- Koresh, raja
Persia mengalahkan kota Babel.
|
22
|
538 s.M
|
- Pengumuman
Koresh, yaitu mengijinkan bangsa Israel kembali ke negeri mereka.[6]
|
Perkembangan Tema-tema Kitab Yeremia pada Abad ke-7
I.
Periode I (626-609)
Adapun ayat-ayat yang berasal dari zaman ini menurut G. Fohrer
adalah: Yer. 2:1-3+7-11,5-6,12-13,18,23-25,26-28,31-32; 3:1,6-13,19-20; 3:21 –
4:2; 4:3-4,5-8+13-22,29-31; 5:1-5,7-9,30-31 6:4-5,13-15,20-21,22-26. Ada pun
tema yang muncul pada periode ini adalah tema penghukuman. Yakni, pada masa periode
pertama pelayanan Yeremia (Reformasi Yosia 626-609 sM).
Tema Penghukuman
Pada masa ini, Yeremia
menegur bangsa Yehuda dengan keras sekali (pasal 2-6).[7]
Nabi Yeremia menentang kultus, krisis moral dan penyalahgunaan politik. Di Yerusalem,
nabi Yeremia juga mengumumkan penghukuman yang akan datang.[8]
Menurut laporannya sendiri, Yeremia pernah mendapat suatu penglihatan: “Aku
melihat sebuah periuk yang mendidih, datangnya dari sebelah utara” (pasal
1:13-15).
Malapetaka akan datang dari utara (bnd. Yer 1:13-15; 4:6;
6:15-16,22), akan menghancurkan Yehuda dan Yerusalem, akan menghabiskan semua
penduduknya sampai tidak ada sisa.[9]
Malapataka tersebut hendak mencapai tiga maksud, yakni:[10]
a)Yeremia hendak memperanjatkan bangsanya, menjaga mereka dari perasaan aman
dan sentosa. Hal ini sudah jelas dari cara bagaimana serbuan musuh itu
digambarkan: begitu dahsyat kekuatannya sehingga daya perlawanan menjadi
sia-sia, dan begitu lengkap kemenangannya sehingga sedikitpun tidak ada yang
luput dari bencana itu. Tanah suci menjadi “tohu wavohu” kembali, “campur baur
dan kosong” di bawah langit yang gelap gulita (Yer. 4:23; bandingkan Kej.
1:2).
b). Yeremia hendak menantang memintai bangsanya pertanggungjawaban.
Umat Allah di tanah Yehuda supaya mengerti sebabnya mengapa malapetaka yang
sedahsyat itu harus datang. Hal itu dikarenakan Yehuda telah meninggalkan TUHAN
(Yer. 5:7), sudah biasa “berlaku tidak setia” kepada-Nya (Yer. 5:11), sudah
“tidak mengenal TUHAN” lagi (Yer. 4:22; 5:4), menindas hukum dan keadilan (Yer.
5:26-28; 6:6-7).
c) Yeremia, melalui perbuatan-perbuatannya yang aneh, hendak
melambangkan malapetaka yang akan datang.
Ketika Raja Yosia mengadakan suatu pembaruan semesta dan memusatkan
kebaktian di Bait Suci di Yerusalem pada tahun 622, jelaslah nabi Yeremia
dapat membenarkan tindakan raja Yosia
itu.[11]
Perkembangan Abad ke-6
II. Periode
II (609-597)
Yeremia 7:1-15, 16-20, 21-23; Yer. 8:4-7, 21-23; 9:1-2, 3-5, 9,
14-15, 16-17, 19-21; 11:1-14; 13:15-16; 14:2 – 15:2; 18:1-11; 25:1-14. Menurut
G. Fohrer, ayat-ayat tersebut berasal dari Periode II pada tahun 608-597.[12]
Adapun tema-tema yang berkembang yakni:
Tema Bait Suci
Ketika raja Yoyakim menjadi raja di Yerusalem, Yoyakim dengan
segera meniadakan reformasi Yosia dan mendurhakakan terhadap TUHAN. Pada
periode ini, Yeremia berkhotbah di Bait Suci dan menubuatkan bahwa YHWH akan
menghapuskan Bait Suci itu karena disalahgunakan oleh bangsa Yehuda (pasal 7 –
15).[13]
Orang Yehuda sudah terlalu dipengaruhi oleh pandangan kafir bahwa TUHAN pasti
akan melindungi Bait Suci di Yerusalem. TUHAN dianggap terikat kepada Bait Suci
itu. Andaikata Bait Suci itu dikalahkan, TUHAN akan turut dikalahkan. Jadi
pasti TUHAN akan menjaga Sion. Demikianlah pandangan orang kafir pada waktu
itu. Tidak dapat terjadi apa-apa, sebab “Ini Bait TUHAN, Bait TUHAN, Bait TUHAN
(Yer. 7:4)”.
Yeremia sangat menentang rasa aman palsu itu. TUHAN bebas dan
tidak terikat pada Bait Suci (bangsa Yehuda harus memperbaiki tingkah lakunya,
supaya TUHAN tidak melaksanakan hukuman atas mereka). Lihat apa yang telah
TUHAN lakukan terhadap Bait Suci di Silo! Silo pernah dihancurkan oleh karena
kejahatan orang Israel (Yer. 7:12-13; bandingkan 1 Sam 4-6). Demikianpun TUHAN
dapat melakukannya dengan Bait Suci di Yerusalem.
Tema Penderitaan (konfesi)
nabi
Yeremia sangat menderita karena tugasnya sebagai nabi. Nubuat yang
telah diucapkan Yeremia menimbulkan sangat banyak ketegangan dalam masyarakat
Yerusalem. Sebagai akibat khotbah tentang Bait Suci (Yer. 7) dan nubuat tentang
jatuhnya kota Yerusalem (Yer. 36-39), Yeremia dipenjarakan, dilemparkan ke
dalam sebuah perigi dan hampir tidak luput dari pembunuhan.
Yeremia sendiri mengakui bahwa dialah “seorang yang menjadi buah
perbantahan dan buah percederaan bagi seluruh negeri (Yer. 15:10)”. Yeremia
sedemikian putus asa tentang kedudukannya sebagai nabi TUHAN, sehingga dia
mengatakan: “Terkutuklah hari ketika aku dilahirkan! Biarlah jangan diberkati
hari ketika ibu melahirkan aku! (Yer. 20:14)”.
Yeremia berbantah dengan TUHAN: “Sungguh, Engkau seperti sungai yang
curang bagiku, air yang tidak dapat dipercayai (Yer. 15:18)”. Tetapi Yeremia
tidak dapat menahan TUHAN: “Engkau terlalu kuat bagiku dan Engkau menundukkan
aku (Yer.20:7)”. Mau tidak mau Yeremia harus bernubuat dan menanggung
penderitaannya sebagai seorang nabi TUHAN (Yer. 20:9). [14]
III.
Periode III (597-586)
Menurut G. Fohrer, Yeremia 25:15ff; 46:3-6, 7-10, 11-12, berasal
dari tahun 597-586 (periode III).[15]
Sedangkan menurut D.C. Mulder pasal 25-36 berasal dari periode II dan III
(sekitar akhir abad- 7 dan 597-586).[16]
Kesamaan yang dimiliki oleh kedua para ahli tersebut, yakni pada tahun 597-586,
nabi Yeremia menyarankan agar Zedekia menyerah kepada Babel. Akan tetapi, Zedekia
tidak mau menerima saran dari nabi Yeremia, maka pada tahun 598/7 Yehuda
dibuang ke Babel.
Nabi Hananya menubuatkan bahwa kuk Babel akan pecah, tetapi
Yeremia mengatakan nubuat tersebut tidak benar dan Hananya adalah nabi palsu
(Pasal 28).[17]
Tema teologi pada masa ini adalah:
Tema Penghiburan
Pasal 25:15-45:5. Bagian ini dimulai dengan tema ancaman terhadap
bangsa-bangsa kafir (25:15-38[18];
25:15ff; 46:3-6, 7-10, 11-12[19]).
Bagian ini biasanya disebut penghiburan
karena nabi Yeremia menubutkan penghukuman kepada bangsa-bangsa asing. Pada
waktu itu Yeremia merasa sangat yakin, bahwa akan ada pembaharuan terhadap
bangsa Israel dan bahwa Allah akan memberikan belas kasih-Nya dengan umat-Nya.[20]
IV.
Periode IV (586)
Periode ini dimulai pada
masa jatuhnya Yerusalem yang kedua kalinya (586). Menurut Mulder, pasal
39:1-14, 40:1-6 berasal dari masa ini demikian juga dengan pasal 40:7-12,
40:13-41:15, 41:16-42:22, 43:1-7, 43:8-13 dan 44. Disini muncul tegoran Yeremia
terhadap orang-orang Israel yang berada di tanah Mesir yang berbakti kepada
Dewa Langit.
Tema Eskhatologi
Tema ini tidak berasal dari empat periode di atas, sebab teologi
ini berasal pada masa pembuangan Israel ke Mesir untuk ketiga kalinya. Disini
berisi pengharapan akan penyelamatan Allah atas penderitaan bangsa Israel,
hanya saja bagian ini bukan berasal dari Yeremia sendiri. Sehingga dalam tema
eschatology ini muncul suatu teologi baru yaitu teologi pengharapan. Hal ini
masih dapat kita lihat dalam Yer.30-31. Dimana dalam teologi ini bahwa
kesetiaan Tuhan digambarkan dengan kelepasan yang besar, kelimpahan hasil bumi
dan makan yang kenyang. Allah mengaruniakan kesekpatan untuk merasakan
kebahagiaan yang terakhir, sukacita yang abadi dan tidak dibayangi dengan
ketakutan.
Dari teologi pengharapan ini muncul teologi baru tentang perjanjian yang baru /
new covenant, dimana perjanjian yang baru ini bukanlah tinggal di dalam sebuah
loh baru tetapi berada dalam hati manusia. Hal ini dipengaruhi juga oleh
perjanjian Sinai yang termuat dalam teologi deuteronomi.
Pembuangan ke Babel adalah hukuman TUHAN. Setelah 70 tahun TUHAN
akan memperhatikan bangsanya, setelah
hukuman, setelah pembuangan, setelah pemurnian, setelah itu TUHAN akan
mengembalikan para buangan ke Israel.
“sebab Aku ini mengetahui
rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman
TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk
memberikan hari depan yang penuh harapan” (Yer. 29:11).
TUHAN akan mengadakan perjanjian
baru dengan Israel (Yer.31:31).
Dahulu kala TUHAN telah mengikat perjanjian di Sinai, tetapi Israel
telah memutuskan perjanjian itu. Oleh karena itu perlulah perjanjian baru.[21]
Perjanjian yang baru dirancang untuk memenuhi kebutuhan khusus
yang mengharuskan adanya perjanjian itu:[22]
· Perjanjian itu bahkan lebih bersifat pribadi daripada janji
perkawinan yang diterangkan telah dilanggar oleh Israel (“Perjanjian-Ku itu
telah mereka ingkari meskipun Aku menjadi Tuan yang berkuasa atas mereka”, Yer.
31:32).
· Perjanjian itu ditulis dalam hati mereka yang menjadi sumber
kejahatan, bukan pada lempengan batu (ay.33).
[2] Dianne, Bergant,
dkk, Tafsir
Alkitab Perjanjian Lama (Lembaga Biblika Indonesia,
Yogyakarta: Kanisius), 551 – 552.
[3]John, Bright, A
History Of Israel, Third Edition (Philadelphia: Westminster Press, 1970),
310-348.
-Wismoady, S. Wahono, Disini
Kutemukan (Jakarta: BPK-GM, 2005),
150-153.
-Robert, M. Paterson, Tafsiran Alkitab
Yeremia 1-24 (Jakarta: BPK- GM, 1983),
12-19.
-W, S. Lasor, dkk, Pengantar Perjanjian Lama II (Jakarta: BPK- Gunung Mulia, 2000), 314-324.
-D, C. Mulder, Pembimbing Kedalam Perdjanjian Lama (Jakarta: BPK- Gunung Mulia, 1970), 110-118.
[4] D.C. Mulder, Op.Cit,
108-111.
[6] Robert. M. Paterson,
Op.Cit., 33-35
[7] D.C. Mulder, Op. Cit.,, 108.
[9] C. Barth, Theologia Perjanjian Lama 4 (Jakarta:
BPK-GM, 2005), 76.
[10] Ibid., 76-77.
[11] D.C. Mulder., Op.Cit.
[12] G. Fohrer, Op.Cit., 391, 394.
[13] D.C. Mulder., Op. Cit., 108-109.
[14] A. Th. Kramer, Singa Telah Mengaum (Jakarta: BPK-GM, 1993), 67.
[15] G. Fohrer, Op. Cit., 391-392, 394.
[16] D.C. Mulder, Op. Cit., 109, 114.
[17] Ibid., 109.
[18] Ibid., 112.
[19] G. Fohrer, Op. Cit.., 394
[20] Wismoady Wahono, Op.Cit.,
176.
[21] Ibid., 69.
[22] W.S. Lasor, dkk., Op.Cit.,
234.
No comments:
Post a Comment