Thursday, March 2, 2017

Tema-tema Dalam Kitab Yeremia

http://supportartikel.blogspot.com/2017/03/tma-tema-dalam-kitab-yeremia.htmlTema-tema dalam kitab Yeremia

Pengantar Kitab Yeremia

Nabi Yeremia berasal dari Kota Yerusalem. Kata Yeremia berasal dari bahasa Ibrani, Yirme-Yahu, yang yartinya “Yahweh menetapkan atau Yahweh meninggikan.[1]. Yeremia bin Hizkia, lahir di Anatot daerah di sebelah utara Yerusalem. Nabi Yeremia lahir dalam garis keturunan imam. Sehingga pada masa munculnya, ia telah memulai masa pelayanannya. Nabi Yeremia hidup semasa pemerintahan raja Yosia (639 – 609 SM ). Bangsa Yehuda sedang menjalani masa kedamaian pada saat itu. Hal ini dikarenakan adanya pembaharuan iman serta ibadat yang melibatkan raja, para imam dan umat. Kejadian-kejadian di Yehuda  semasa 40-an tahun pelayanan nabi Yeremia, zaman pembaruhan keagamaan (639 – 609 s.M). ; tiga peperangan (melawan Mesir 609 s.M melawan Babel 597 dan 587 s.M) ; tiga pembuangan (587, 587, dan 582). Lima raja keturunan Daud (Yosia 639 – 609 s.M dan Zedekhia, 597 – 587 ). Selama bertahun-tahun itulah terjadi kecemerlangan Yehuda dalam sejarahnya (di bawah pemerintahan raja Yosia dari tahun 639 – 609 s.M) sampai ke zaman paling kelam (6909 – 587).[2]

Latar Belakang
Manasye ( 687 – 642 s.M )
Selama pemerintahan Manasye, kerajaan Assyur berada pada puncak kekuasaannya. Manasye tetap setia pada Assyur karena Manasye tidak mempunyai pilihan lain. Manasye sangat menekankan pemujaan Baal, dewa kesuburan orang Kanaan, dan persundalan suci. Kebijaksanaan Manasye sangat berbahaya karena perbedaan antara Allah dengan dewa-dewa menjadi samar bagi kebanyakan orang Yehuda. Dengan demikian, prinsip-prinsip pemujaan Allah berlawanan dengan prinsip -prinsip pemujaan agama Baal dan ketika agama Baal semakin merajalela dan mengakibatkan kehidupan bangsa Yehuda penuh dengan korupsi dan ketidakadilan. Menurut para ahli, Manasye adalah seorang raja yang sangat jahat dan kejahatannya itu dapat menunjukkan kehancuran bangsa Yehuda itu sendiri.

Amon ( 642 – 640 SM )
Masa pemerintahan Amon tidak begitu lama. Pada masa pemerintahannya, tidak ada perubahan kebijaksanaan yang terjadi, dan kelompok pegawainya membunuh Amon di istananya.

Yosia ( 639 – 609 SM 
Pada masa pemerintahannya, raja Yosia melakukan pembaharuan di dalam bidang keagamaan. Dan pada saat yang bersamaan dengan pembaharuan tersebut, nabi Yeremia menerima panggilannya. Raja Yosia sendiri banyak melakukan pembaharuan dibidang agama dan sosial. Hal yang sangat mendukung pembahauan itu adalah dengan ditemukannya “Kitab Taurat” oleh Hilkia. Akan tetapi, raja Yosia meninggal ketika bertempur dengan Firaun-Nekho ( 610-594 s.M ).

Yoahas (609 s.M)
Pada masa pemerintahan Yoahas, raja Nekho terus mencampuri urusan Yehuda. Masa pemerintahan dari raja Yoahas sangat cepat berlalu. Raja Yoahas hanya memerintah selama 3 bulan setelah raja Yoahas dipecat oleh raja Nekho. Raja membebankan upeti yang sangat besar pada Yehuda dan mengangkat Yoyakim ( 609-598 s.M ) menjadi raja.

Yoyakim (609 – 598 s.M)
Pada masa pemerintahan Yoyakim terjadi pertempuran besar yang sangat berpengaruh dalam percaturan politik, yaitu pertempuran di Karkemis (605 s.M). Raja Nekho berhasil dikalahkan oleh raja Nebukadnezar. Hal ini menunjukkan terjadinya pindah tangan kepemimpinan di Asia Barat kepada Babel. Setelah Nebukadnezar menguasai Asia Barat, nabi Yeremia menganjurkan agar Yehuda tunduk pada Babel. Akan tetapi, kebijakan nabi Yeremia bertentangan dengan strategi dalam dan luar negeri raja Yoyakim. Raja Yoyakim sangat berbeda dengan raja Yosia. Raja Yoyakim akhirnya berakhir tragis di Yerusalem                (598 s.M), tahun ke- 13 pemerintahannya.

Yoyakhin (597 s.M)
Pada tahun 597 s.M Yoyakhin naik tahta menggantikan ayahnya, Yoyakim. Pada masa pemeintahannya, Yoyakin menerima beban yang sangat besar, beban yang ditinggalkan ayahnya, Yoyakim. Raja Yoyakhin hanya mampu memerintah selama 3 bulan. Nebukadnezar menyerbu Yerusalem, dan Yoyakhin pun menyerah. Yoyakhin bersama para pejabat kerajaan Yehuda lainnya dibuang ke Babel, dan bait suci dijarah. Seluruh musibah dan malapetaka yang terjadi pada masa pemerintahan Yoyakhin terlebih dahulu dinubuatkan oleh nabi Yeremia. Tiga puluh enam tahun kemudian Yoyakhin dibebaskan oleh anak dan pengganti Nebukadnezar.

Zedekia (597 – 587 s.M)
Zedekia diangkat oleh raja Nebukadnezar menjadi raja untuk menggantikan raja Yoyakhin. Zedekia adalah putra bungsu Yosia dan adik dari Yoyakhin. Pada masa pemerintahannya (597 – 587 s.M), Zedekia memateraikan hukuman bagi Yehuda. Zedekia sangat plin-plan dan tidak memiliki pendirian. Para pejabatnya adalah golongan bawah, yang memandang rendah golongan atas, yang di buang ke Babel. Akan tetapi, nabi Yeremia menganut keyakinan bahwa pemerintahan Zedekia tidak akan bertahan lama. Pertentangan utama antara nabi Yeremia dengan Zedekia adalah masalah pemberontakan terhadap raja Nebukadnezar. Pemberontakan itu telah direncanakan pada tahun ke-IV pemerintahannya bersama dengan negara-negara tetangga. Akan tetapi, Nebukadnezar berhasil mengetahui rencana pemberontakan itu. Sehingga Nebukadnezar mengepung kota Yerusalem untuk kedua kalinya. Nabi Yeremia menyarankan agar Zedekia menyerah karena Yerusalem pasti jatuh ke tangan Babel.

Gedalya (587 s.M)
Setelah pengepungan Yerusalem untuk kedua kalinya (587 s.M), Zedekia digantikan oleh gubernur Gedalya. Pada masa ini, Nebukadnezar memperlakukan nabi Yeremia dengan baik. Pada masa pemerintahan Gedalya, nabi Yeremia turut serta membantu Gedalya dan nabi Yeremia tinggal di Mizpa. Akan tetapi, setelah Gedalya dibunuh, nabi Yeremia beserta rombongan pindah ke Mesir dan tinggal di Takhpanhes.[3]

Aktivitas Pelayanan Nabi Yeremia Menurut Para Ahli
Menurut D, C. Mulder, aktivitas kenabian Yeremia terbagi atas 4 periode, antara lain:
Periode I        
Pada masa pemerintahan Yosia, nabi Yeremia menegur bangsa Yehuda. Kehidupan nabi Yeremia diancam oleh orang-orang Anatot. Raja Yosia mengadakan reformasi dan memusatkan ibadat di bait suci. Nabi Yeremia sangat mendukung usaha dari raja Yosia tersebut dan nabi Yeremia tidak terlalu aktif lagi karena keadaan bangsa Yehuda sudah memuaskan.
Periode II
Pada permulaan periode ini, raja Yosia wafat serta kota Yerusalem jatu untuk pertama kalinya. Raja Yosia digantikan oleh anaknya, Yoahas. Namun, 3 bulan kemudian, Yoahas digantikan oleh Yoyakim yang diangkat oleh Firaun-Nekho. Nabi Yeremia aktif lagi dan menentang Yoyakim dengan ketegasannya. Nabi Yeremia menubuatkan tentang bait Allah yang akan dihapuskan karena salah penggunaan oleh bangsa Yehuda sendiri. Hal ini menyebabkan nabi Yeremia dipenjarakan oleh imam Pasur. Pada periode ini juga terjadi pertempuran antara Mesir dengan Babel yang dimenangkan oleh Babel, dan oleh sebab itu Babel menjadi sebuah negara yang sangat besar di Asia Barat. Yoyakim terpaksa menundukkan diri pada Nebukadnezar. Namun, Yoyakim mengadakan pemberontakan terhadap Babel, yang mengakibatkan Nebukadnezar mengepung kota Yerusalem. Kemudian, Yoyakim digantikan oleh anaknya, Yoyakhin. Dalam 3 bulan pemerintahannya, Yoyakhin dan para pembesarnya dibuang ke Babel. Zedekia naik tahta menggantikan Yoyakhin.

Periode III
Periode ini ditandai dengan Zedekia yang naik tahta menggantikan Yoyakhin. Nabi Yeremia menganjurkan agar raja dan bangsa Yehuda tunduk pada Babel. Bangsa Aram memberontak terhadap Babel. Nabi Yeremia bertentang dengan nabi Hananya, dan nabi Yeremia mengatakan bahwa nabi Hananya adalah nabi palsu. Pada akhir masa pemerintahannya, Zedekia memberontak pada Babel dan meminta pertolongan pada Mesir. Nabi Yeremia menasehati Zedekia agar berpaling pada raja Babel. Namun, Zedekia malah menolak nasehat tersebut dan bahkan nabi Yeremia dipenjarakan. Zedekia berhasil ditangkap dan Zedekia digantikan oleh Gedalya. Tidak lama kemudian, nabi Yeremia dilepaskan oleh Nebukadnezar dan kembali pada Gedalya.

Periode IV
Periode ini ditandai dengan jatuhnya kota Yerusalem untuk kedua kalinya. Atas nasehat dan saran dari nabi Yeremia, Gedalya tetap setia pada Babel. Akan tetapi, Gedalya dibunuh oleh Ismail, dan sebagian orang Yehuda mengungsi ke Mesir. Nabi Yeremia juga dipaksa ikut serta dengan rombongan tersebut dan menetap di Mesir. Nubuat Yeremia yang terakhir kali menyatakan teguran keras  bagi bangsa Yehuda yang melarikan diri, dan yang berbakti pada dewi langit serta berpaling dari Allah.[4]
Menurut George, Fohrer, aktivitas kenabian Yeremia terbagi atas 4 periode, yaitu:
Periode I (622 - 608 s.M)
Pelayanan Yeremia yang pertama, dan pemanggilan Yeremia sebelum reformasi Yosia. Nabi Yeremia muncul  pertama kali di Anatot. Di Anatot, nabi Yeremia mengumumkan penghakiman yang akan datang. Nabi Yeremia pindah ke Yerusalem untuk mengamati situasi yang sedang memburuk. Nabi Yeremia menentang kultus, krisis moral dan penyalahgunaan politik. Di Yerusalem, nabi Yeremia juga mengumumkan penghakiman yang akan datang. Nabi Yeremia setuju pada saat terbentuknya reformasi Yosia.

Periode II (608 – 597 s.M)
Pelayanan pada masa pemerintahan Yoyakim. Nabi Yeremia menentang raja Yoyakim beserta imam-imamnya, yang tidak mengakui kritik dari nabi Yeremia. Yoyakim menganggap nabi Yeremia sebagai momok. Sehingga Yoyakim melarang nabi Yeremia mengunjungi bait Allah di Yerusalem. Nabi Yeremia memperjuangkan dirinya bersama dengan Allah. Barukh membacakan perkataan nabi Yeremia di bait Allah.

Periode III (597 – 586 s.M)
Kejatuhan Yehuda dan Yerusalem ketika Zedekia memimpin. Nabi Yeremia menyarankan agar Zedekia menyerah pada Babel. Akan tetapi, Zedekia tidak menerima saran dari nabi Yeremia tersebut. Kemudian, pada tahun 588 s.M, Babel menyerang Yerusalem, sehingga nabi Yeremia pindah ke Mesir bersama rombongannya.

Periode IV ( 586 SM )
Secara singkat, periode ini dimasukkan dalam pasal 43:8-13;44. Menurut sejarahnya, nabi Yeremia mati martir.[5]

TAHUN PELAYANAN KENABIAN YEREMIA
No.
Tahun
Keterangan
1
645 s.M
- Kelahiran Yeremia
2
642 s.M
- Kematian Manasye, raja Yehuda. Amon, anaknya memerintah sejak 642 – 640 SM.
3
640 s.M
Yosia menjadi raja Yehuda
4
627 s.M
- Pemanggilan Yeremia menjadi seorang nabi. Raja Yosia mengadakan pembebasan nasional dan reformasi keagamaan.
- Sinkritisme dan kemurtadan masih meraja lela.
5
622 s.M
- Reformasi Yosia mencapai puncaknya.
- Kitab Ulangan ditemukan dibait suci.
6
612 s.M
- Kejatuhan Niniwe, ibukota kerajaan Assyur. Kota Haran dijadikan sebagai ibukota yang baru.
7
610 s.M
- Kejatuhan Haran, raja Assyur pindah ke Karkhemeis. Firaun Nekho II menjadi raja Mesir.
8
609 s.M
- Pertempuan di Megiddo, antara Yehuda dan Mesir. Kematian raja Yosia.
- Yoahas memerintah selama 3 bulan. Yoyakim ditetapkan sebagai raja Yehuda.
9
605 s.M
- Nebukadnezar mengalahkan Mesir dan sisa kerajaan di Kharkhemeis.
10
604 s.M
- Barukh membacakan kitab gulungan yang berisi nubuat-nubuat Yeremia di bait suci.
11
601 s.M
- Yoyakim memberontak melawan Babel.
12
598 s.M
- Nebukadnezar serta tentara Babel datang melawan Yehuda.
- Kematian raja Yoyakim.
13
597 s.M
- Kekalahan kota Yerusalem yang pertama oleh Nebukadnezar.
- Yoyakhin dibuang ke Babel dan Zedekia diangkat menjadi raja.
14
595 s.M
- Pemberontakan di Babel.
15
594 s.M
- Negara – negara tetangga berkumpul di Yerusalem untuk merencanakan pemberontakan terhadap Nekho II.
- Nabi Yeremia bertentangan dengan nabi Hananya.
16
589 s.M
- Zedekia memberontak melawan Babel.
- Hofra menggantikan Nekho II.
17
588 s.M
- Pengepungan kota Yerusalem yang kedua.
18
587 s.M
- Kekalahan kota Yerusalem yang kedua oleh Nebukadnezar.
- Yehuda dijadikan provinsi dalam kerajaan Babel.
- Gedalya diangkat sebagai gubernur baru di Mizpa.
19
562 s.M
- Kematian Nebukadnezar. Ewil-Merodakh menggantikan Nebukadnezar.
20
561 s.M
- Ewil-Mrodakh melepaskan raja Yoyakhin dari penjara di Babel.
21
539 s.M
- Koresh, raja Persia mengalahkan kota Babel.
22
538 s.M
- Pengumuman Koresh, yaitu mengijinkan bangsa Israel kembali ke negeri mereka.[6]

Perkembangan Tema-tema Kitab Yeremia pada Abad ke-7
I.     Periode I (626-609)
Adapun ayat-ayat yang berasal dari zaman ini menurut G. Fohrer adalah: Yer. 2:1-3+7-11,5-6,12-13,18,23-25,26-28,31-32; 3:1,6-13,19-20; 3:21 – 4:2; 4:3-4,5-8+13-22,29-31; 5:1-5,7-9,30-31 6:4-5,13-15,20-21,22-26. Ada pun tema yang muncul pada periode ini adalah tema penghukuman. Yakni, pada masa periode pertama pelayanan Yeremia (Reformasi Yosia 626-609 sM).

Tema Penghukuman
 Pada masa ini, Yeremia menegur bangsa Yehuda dengan keras sekali (pasal 2-6).[7] Nabi Yeremia menentang kultus, krisis moral dan penyalahgunaan politik. Di Yerusalem, nabi Yeremia juga mengumumkan penghukuman yang akan datang.[8] Menurut laporannya sendiri, Yeremia pernah mendapat suatu penglihatan: “Aku melihat sebuah periuk yang mendidih, datangnya dari sebelah utara” (pasal 1:13-15).
Malapetaka akan datang dari utara (bnd. Yer 1:13-15; 4:6; 6:15-16,22), akan menghancurkan Yehuda dan Yerusalem, akan menghabiskan semua penduduknya sampai tidak ada sisa.[9] Malapataka tersebut hendak mencapai tiga maksud, yakni:[10] a)Yeremia hendak memperanjatkan bangsanya, menjaga mereka dari perasaan aman dan sentosa. Hal ini sudah jelas dari cara bagaimana serbuan musuh itu digambarkan: begitu dahsyat kekuatannya sehingga daya perlawanan menjadi sia-sia, dan begitu lengkap kemenangannya sehingga sedikitpun tidak ada yang luput dari bencana itu. Tanah suci menjadi “tohu wavohu” kembali, “campur baur dan kosong” di bawah langit yang gelap gulita (Yer. 4:23; bandingkan Kej. 1:2). 
b). Yeremia hendak menantang memintai bangsanya pertanggungjawaban. Umat Allah di tanah Yehuda supaya mengerti sebabnya mengapa malapetaka yang sedahsyat itu harus datang. Hal itu dikarenakan Yehuda telah meninggalkan TUHAN (Yer. 5:7), sudah biasa “berlaku tidak setia” kepada-Nya (Yer. 5:11), sudah “tidak mengenal TUHAN” lagi (Yer. 4:22; 5:4), menindas hukum dan keadilan (Yer. 5:26-28; 6:6-7).
c) Yeremia, melalui perbuatan-perbuatannya yang aneh, hendak melambangkan malapetaka yang akan datang.
Ketika Raja Yosia mengadakan suatu pembaruan semesta dan memusatkan kebaktian di Bait Suci di Yerusalem pada tahun 622, jelaslah nabi Yeremia dapat  membenarkan tindakan raja Yosia itu.[11]

Perkembangan Abad ke-6
II. Periode II (609-597)
Yeremia 7:1-15, 16-20, 21-23; Yer. 8:4-7, 21-23; 9:1-2, 3-5, 9, 14-15, 16-17, 19-21; 11:1-14; 13:15-16; 14:2 – 15:2; 18:1-11; 25:1-14. Menurut G. Fohrer, ayat-ayat tersebut berasal dari Periode II pada tahun 608-597.[12] Adapun tema-tema yang berkembang yakni:

Tema Bait Suci
Ketika raja Yoyakim menjadi raja di Yerusalem, Yoyakim dengan segera meniadakan reformasi Yosia dan mendurhakakan terhadap TUHAN. Pada periode ini, Yeremia berkhotbah di Bait Suci dan menubuatkan bahwa YHWH akan menghapuskan Bait Suci itu karena disalahgunakan oleh bangsa Yehuda (pasal 7 – 15).[13] Orang Yehuda sudah terlalu dipengaruhi oleh pandangan kafir bahwa TUHAN pasti akan melindungi Bait Suci di Yerusalem. TUHAN dianggap terikat kepada Bait Suci itu. Andaikata Bait Suci itu dikalahkan, TUHAN akan turut dikalahkan. Jadi pasti TUHAN akan menjaga Sion. Demikianlah pandangan orang kafir pada waktu itu. Tidak dapat terjadi apa-apa, sebab “Ini Bait TUHAN, Bait TUHAN, Bait TUHAN (Yer. 7:4)”.
Yeremia sangat menentang rasa aman palsu itu. TUHAN bebas dan tidak terikat pada Bait Suci (bangsa Yehuda harus memperbaiki tingkah lakunya, supaya TUHAN tidak melaksanakan hukuman atas mereka). Lihat apa yang telah TUHAN lakukan terhadap Bait Suci di Silo! Silo pernah dihancurkan oleh karena kejahatan orang Israel (Yer. 7:12-13; bandingkan 1 Sam 4-6). Demikianpun TUHAN dapat melakukannya dengan Bait Suci di Yerusalem.

Tema Penderitaan (konfesi) nabi
Yeremia sangat menderita karena tugasnya sebagai nabi. Nubuat yang telah diucapkan Yeremia menimbulkan sangat banyak ketegangan dalam masyarakat Yerusalem. Sebagai akibat khotbah tentang Bait Suci (Yer. 7) dan nubuat tentang jatuhnya kota Yerusalem (Yer. 36-39), Yeremia dipenjarakan, dilemparkan ke dalam sebuah perigi dan hampir tidak luput dari pembunuhan.
Yeremia sendiri mengakui bahwa dialah “seorang yang menjadi buah perbantahan dan buah percederaan bagi seluruh negeri (Yer. 15:10)”. Yeremia sedemikian putus asa tentang kedudukannya sebagai nabi TUHAN, sehingga dia mengatakan: “Terkutuklah hari ketika aku dilahirkan! Biarlah jangan diberkati hari ketika ibu melahirkan aku! (Yer. 20:14)”.
Yeremia berbantah dengan TUHAN: “Sungguh, Engkau seperti sungai yang curang bagiku, air yang tidak dapat dipercayai (Yer. 15:18)”. Tetapi Yeremia tidak dapat menahan TUHAN: “Engkau terlalu kuat bagiku dan Engkau menundukkan aku (Yer.20:7)”. Mau tidak mau Yeremia harus bernubuat dan menanggung penderitaannya sebagai seorang nabi TUHAN (Yer. 20:9). [14]

III.   Periode III (597-586)
Menurut G. Fohrer, Yeremia 25:15ff; 46:3-6, 7-10, 11-12, berasal dari tahun 597-586 (periode III).[15] Sedangkan menurut D.C. Mulder pasal 25-36 berasal dari periode II dan III (sekitar akhir abad- 7 dan 597-586).[16] Kesamaan yang dimiliki oleh kedua para ahli tersebut, yakni pada tahun 597-586, nabi Yeremia menyarankan agar Zedekia menyerah kepada Babel. Akan tetapi, Zedekia tidak mau menerima saran dari nabi Yeremia, maka pada tahun 598/7 Yehuda dibuang ke Babel.
Nabi Hananya menubuatkan bahwa kuk Babel akan pecah, tetapi Yeremia mengatakan nubuat tersebut tidak benar dan Hananya adalah nabi palsu (Pasal 28).[17] Tema teologi pada masa ini adalah:

Tema Penghiburan
Pasal 25:15-45:5. Bagian ini dimulai dengan tema ancaman terhadap bangsa-bangsa kafir (25:15-38[18]; 25:15ff; 46:3-6, 7-10, 11-12[19]). Bagian ini biasanya disebut penghiburan karena nabi Yeremia menubutkan penghukuman kepada bangsa-bangsa asing. Pada waktu itu Yeremia merasa sangat yakin, bahwa akan ada pembaharuan terhadap bangsa Israel dan bahwa Allah akan memberikan belas kasih-Nya dengan umat-Nya.[20]
IV.   Periode IV (586)
Periode ini dimulai pada masa jatuhnya Yerusalem yang kedua kalinya (586). Menurut Mulder, pasal 39:1-14, 40:1-6 berasal dari masa ini demikian juga dengan pasal 40:7-12, 40:13-41:15, 41:16-42:22, 43:1-7, 43:8-13 dan 44. Disini muncul tegoran Yeremia terhadap orang-orang Israel yang berada di tanah Mesir yang berbakti kepada Dewa Langit.

Tema Eskhatologi
Tema ini tidak berasal dari empat periode di atas, sebab teologi ini berasal pada masa pembuangan Israel ke Mesir untuk ketiga kalinya. Disini berisi pengharapan akan penyelamatan Allah atas penderitaan bangsa Israel, hanya saja bagian ini bukan berasal dari Yeremia sendiri. Sehingga dalam tema eschatology ini muncul suatu teologi baru yaitu teologi pengharapan. Hal ini masih dapat kita lihat dalam Yer.30-31. Dimana dalam teologi ini bahwa kesetiaan Tuhan digambarkan dengan kelepasan yang besar, kelimpahan hasil bumi dan makan yang kenyang. Allah mengaruniakan kesekpatan untuk merasakan kebahagiaan yang terakhir, sukacita yang abadi dan tidak dibayangi dengan ketakutan.
Dari teologi pengharapan ini muncul  teologi baru tentang perjanjian yang baru / new covenant, dimana perjanjian yang baru ini bukanlah tinggal di dalam sebuah loh baru tetapi berada dalam hati manusia. Hal ini dipengaruhi juga oleh perjanjian Sinai yang termuat dalam teologi deuteronomi.
Pembuangan ke Babel adalah hukuman TUHAN. Setelah 70 tahun TUHAN akan memperhatikan bangsanya, setelah  hukuman, setelah pembuangan, setelah pemurnian, setelah itu TUHAN akan mengembalikan para buangan ke Israel.
sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan hari depan yang penuh harapan” (Yer. 29:11).
TUHAN akan mengadakan perjanjian baru dengan Israel (Yer.31:31).  Dahulu kala TUHAN telah mengikat perjanjian di Sinai, tetapi Israel telah memutuskan perjanjian itu. Oleh karena itu perlulah perjanjian baru.[21]
Perjanjian yang baru dirancang untuk memenuhi kebutuhan khusus yang mengharuskan adanya perjanjian itu:[22]
·      Perjanjian itu bahkan lebih bersifat pribadi daripada janji perkawinan yang diterangkan telah dilanggar oleh Israel (“Perjanjian-Ku itu telah mereka ingkari meskipun Aku menjadi Tuan yang berkuasa atas mereka”, Yer. 31:32).
·      Perjanjian itu ditulis dalam hati mereka yang menjadi sumber kejahatan, bukan pada lempengan batu (ay.33).





[1] Jeanne. Ch,, Obadja, Survei Ringkas Perjanjian Lama (Surabaya: Momentum, 2004),  126.
[2] Dianne, Bergant, dkk, Tafsir Alkitab Perjanjian Lama (Lembaga Biblika Indonesia, Yogyakarta: Kanisius),  551 – 552.
[3]John, Bright, A History Of Israel, Third Edition (Philadelphia: Westminster Press,  1970),  310-348.
-Wismoady, S. Wahono, Disini Kutemukan (Jakarta: BPK-GM, 2005), 150-153.
 -Robert, M. Paterson, Tafsiran Alkitab Yeremia 1-24 (Jakarta: BPK- GM,  1983), 12-19.
 -W, S. Lasor, dkk, Pengantar Perjanjian Lama II (Jakarta: BPK- Gunung Mulia, 2000),  314-324.
 -D, C. Mulder, Pembimbing Kedalam Perdjanjian Lama (Jakarta: BPK- Gunung Mulia, 1970),  110-118.
[4] D.C. Mulder, Op.Cit, 108-111.
[5] George, Fohrer, Op. Cit., 390-392.
[6] Robert. M. Paterson, Op.Cit., 33-35
[7] D.C. Mulder, Op. Cit.,,  108.
[8] G. Fohrer, , Op.Cit., 390-391.
[9] C. Barth, Theologia Perjanjian Lama 4 (Jakarta: BPK-GM, 2005),  76.
[10] Ibid.,  76-77.
[11] D.C. Mulder., Op.Cit.
[12] G. Fohrer, Op.Cit., 391, 394.
[13] D.C. Mulder., Op. Cit.,  108-109.
[14] A. Th. Kramer, Singa Telah Mengaum (Jakarta: BPK-GM, 1993),  67.
[15] G. Fohrer, Op. Cit.,  391-392, 394.
[16] D.C. Mulder, Op. Cit.,  109, 114.
[17] Ibid., 109.
[18] Ibid.,  112.
[19] G. Fohrer, Op. Cit..,  394
[20] Wismoady Wahono, Op.Cit., 176.
[21] Ibid.,  69.
[22] W.S. Lasor, dkk., Op.Cit.,  234.

No comments:

Post a Comment