Thursday, March 2, 2017

2 Samuel 7:8-16

2 Sam 7: 8-16
(Perkataan Allah Kepada Daud Melalui Nabi Natan)
NARASI[1]
Y HISTORIS
Kitab-kitab Samuel mengisahkan bagaimana Kerajaan Israel berdiri dan apa makna teologisnya. Kitab-kitab ini dimulai ketika Isarel masih dipimpin oleh hakim-hakim dengan sistim desentralisasi dan diakhiri dengan keadaan kerajaan yang berdiri kokoh.[2] Tanggal penyusunan kitab Samuel ini terarah antara 930 dan 723 sampai 722 SM.[3] Peristiwa-peristiwa dalam kitab ini  terjadi pada paruhan yang akhir dari abad ke-11 dan bagian awal dari abad ke-10 SM, tetapi sulit untuk memastikan kapan peristiwa-peristiwa itu dicatat. Tidak ada alasan-alasan tertentu yang menyakinkan untuk menetapkan tanggal dari sumber-sumber yang dipergunakan oleh penyusun pada saat yang kemudian dari peristiwa-peristiwa itu sendiri. Jika kitab-kitab ini merupakan bagian dari suatu karya “Deutronomis”  yang lebih besar, maka penyusun pasti mengerjakannya pada akhir periode kerajaan Israel terpecah.[4] Kitab II Samuel seluruhnya meliputi masa pemerintahan Daud dengan konsolidasi dalam pemerintahannya, dan detail tentang luar biasa Allah kepada Daud untuk memberikan tambuk pemerintahan terus-menerus kepada keturunannya.[5] Dalam kitab II Samuel ini lebih memperlihatkan corak sastranya secara mendetail. Termasuk dialog-dialog kata per kata yang panjang, dan detail tentang tokoh-tokoh dan kejadian-kejadian dicatat secara cermat. Berdasarkan itu, banyak sarjana berpendapat kitab-kitab Samuel ditulis oleh orang yang terlibat dalam kejadian-kejadian itu sendiri (atau seorang saksi mata);  banyak pendapat telah diajukan mengenai siapa penulis kedua kitab ini termasuk Natan, Serayah, Ahimaas atau Abiatiar.[6] Seperti yang dikatakan diatas bahwa Kitab Samuel merupakan bagian dari suatu karya “Deutronomis”  yang lebih besar, maka penyusun pasti mengerjakannya pada akhir periode kerajaan Israel terpecah tepatnya pada masa reformasi Yosia. Jadi dapat disimpulkan bahwa penulis kitab ini ingin mengingatkan kembali kepada masyarakat Yehuda akan janji-janji Allah kepada bangsa tersebut dan dalam pasal ini si penulis ingin mengingatkan kembali kepada masyarakat Yehuda yang baru pulang dari pembuangan akan janji Allah kepada Raja Daud, dimana dalam janji tersebut Allah berkata bahwa Kerajaan Daud akan dikokohkan untuk selama-lamanya serta janji Tuhan akan adanya Juru Selamat.
Karakter tokoh dalam 2 Samuel 7: 8-16 =
-          Natan : ia adalah orang pilihan Allah yang diangkat menjadi nabinya, dimana ia bekerja melalui penglihatan-penglihatan yang disampaikan oleh Allah kepada bangsa Israel. Ia juga  memiliki karisma yang sangat luar biasa, sehingga seorang raja besar seperti Daud dapat menerima intervensi dari Natan dikarenakan  perbuatan Daud yang telah menyimpang dari jalan Allah.
-          Allah : penguasa dari semua isi bumi ini, yang perkasa dan bijaksana ia adalah guru yang baik dimana Allah sendiri mengajarkan tentang kasih dan keselamatan kepada kita umat manusia.
-          Daud: dalam ayat ini Daud berperan sebagi tokoh orang ketiga dimana ia akan menerima berkat dari Allah oleh karena kessetiaannya kepada Allah.




Y JALAN PIKIRAN
Bermula dari rencana Daud untuk membangun bait suci kepada Allah, sehingga Daud pun meyampaikan perihal rencana tersebut kepada Nabi Natan. pada awalnya Nabi Natan mengemukakan pendapatnya yang mendukung pembangunan Bait Suci, tetapi kemudian, setelah menerima pernyataan dari Allah, dia melarang pembangunan itu (larangan tersebut dicari dalam pribadi Daud sendiri. Pengarang kitab Tawarikh menjelaskan [1 Taw 22:8] bahwa Daud tidak diperkenankan membangun Bait Suci karena dia telah banyak menumpahkan banyak darah) disamping itu Yahweh sendiri memberikan alasan bahwa Ia tidak pernah tinggal dalam satu bait (rumah), tetapi sejak dulu dalam sebuah kemah (ay. 6).[7]
Disamping berita negatif dari Allah, yaitu larangan membangun Bait Suci, terdapat juga berita lain yang bersifat positif, yaitu  ‘Janji  Yahweh’  bahwa Dia akan membangun rumah  atau  keluarga yang kekal bagi Daud dan juga keturunan dari Daud sendiri akan menjadi kekal. Penyampaian berita ini merupakan peristiwa yang bersejarah karena menjadi titik tolak tradisi Israel yang mengaitkan antara harapan keselamatan dengan kedaulatan Daud (yaitu harapan Mesianis).[8] Cerita mengenai perjanjian Daud ini adalah sebuah cerita didalam cerita dimana cerita ini adalah bagian dari sejarah kejayaan Daud.

Y PENEKANAN
Jika kita fokus kepada 2 Samuel 7: 8-16 ini kita akan menemukan sebuah judul yang menarik yaitu “Janji Allah Kepada Daud Melalui Nabi Natan” dan apabila kita fokus kepada ayat ini dan mengambil inti kalimat dari 2 Samuel 7: 8-16 maka kita akan lebih jelas untuk menemukan inti dari judul “Janji Allah Kepada Daud Melalui Penglihatan Nabi Natan”.



-          Melalui penglihatan Nabi Natan; Allah berkata kepadanya.
-          Katakanlah kepada hamba-Ku Daud.
-          Bahwa, Akulah  yang memilih Daud untuk menjadi raja atas umat-Ku Israel. Oleh karena itu Aku akan berjanji kepadanya:
-          Dimana berkat-Ku akan selalu menyertai dia dan Aku telah membuat namanya seperti nama orang-orang besar yang ada di bumi.
-          Aku juga akan memberikan keturunan kepadanya: dan apabila umurnya sudah genap aku akan mengangkat keturunannya untuk melanjutkan kerajaannya dan Aku akan mengokohkan kerajaannya untuk selama-lamanya. Keturunannyalah  akan aku izinkan untuk membangun rumah atas Aku seperti yang dia rencanakan sebelumnya.
-          Aku akan menjadi Bapa atas anaknya dan anaknya akan menjadi anak-Ku.
-          Kasih setia-Ku tidak akan hilang kepada anaknya
-          Dan seluruh kerajaannya dan tahtanya akan kokoh untuk selama-lamanya dihadapan-Ku.
Y ISI
Perjanjian Daud. Sesudah Allah memberi Daud perhentian terhadap musuh-musuhnya, Dia memberikan rangkaian janji kepadanya. Ada sarjana menganggapnya sebagai “sorotan teologis Kitab Samuel…jika tidak boleh dikatakan sebagai sorotan teologis Kitab Samuel…jika tidak boleh dikatakan sebagai sorotan teologis Sejarah Deutronomis secara keseluruhan,” mengingat isi dan arti pentingnya dalam teks-teks selanjutnya. Itu terdapat dalam 2 Samuel 7. Walter Kaiser mencatat ada empat hal dalam “Perjanjian Daud” ini:
1.      Satu pondok bagi Daud
2.      Satu keturunan bagi Daud
3.      Satu kerajaan bagi Daud
4.      Anak Allah melalui keturunan Daud juga.
perjanjian ini tidak bersyarat, merupakan jenis perjanjian “diberikan cuma-cuma,” dimana Yang Maha Tinggi menganugerahkan berkat kepada yang dibawah. Lebih jauh, ia merupakan satu perjanjian “kekal”. Dalam 2 Samuel 7: 14 “7:14 Aku akan menjadi Bapanya, dan ia akan menjadi anak-Ku.  Apabila ia melakukan kesalahan, maka Aku akan menghukum dia dengan rotan yang dipakai orang dan dengan pukulan yang diberikan anak-anak manusia.” yang di katakan tidak lain bahwa keturunan Daud bisa saja secara perorangan meninggalkan Tuhan, dan Allah tentu saja bisa menghukum mereka. Bahkan ada mereka yang menutup sama sekali berkat-berkat dari perjanjian itu. Bagaimanapun juga, Allah tidak mengatakan bahwa janji-janji kepada Daud menjadi batal karenanya.[9]
Dalam beberapa hal, perjanjian Daud berada pada jalur langsung atau jalur perjanjian Abraham—perjanjian lain yang juga tidak bersyarat di mana Allah berjanji memberikan Adam keturunan yang banyaknya seperti bintang dilangit dan pasir di laut dan memberkati semua bangsa di bumi melalui benihnya. Melalui garis keturunan Abraham—dan khususnya yang merentang dari Yehuda sampai Daud—maka berkat itu diwujudkan. Dengan hal tersebut dapat kita katakan bahwa Daud adalah orang yang dipilih dan yang diurapi oleh Allah sendiri oleh karena kesetiaannya kepada Allah. Jadi, perjanjian Daud menjadi dasar bagi banyak pemikir teologis dalam Alkitab. Oleh karena komitmen dari Allah sendiri kepada Daud dan kepada perjanjian ini, maka Allah tidak mencabut sepenuhnya kerajaan dari anak Daud yaitu Salomo (1 Raj 11: 34-36).[10]
Y SCOPUS
            TEOLOGI PERJANJIAN, TEOLOGI PENGHARAPAN, TEOLOGI KESELAMATAN:
Dimana pada pasal 7 ini memberitakan perjanjian Daud dengan Allah. Selain mempunyai akibat atas semua bagian Alkitab berikutnya, perjanjian ini juga bersifat menentukan bagi sejarah umat manusia, terutama bagi masa-masa yang pada waktu itu masih merupakan masa depan. Perjanjian ini adalah salah satu bagian Alkitab yang terbesar artinya, dan merupakan kunci utama bagi pemahaman rencana Allah yang terlindung dalam sejarah. Semenjak perjanjian ini diumumkan, bangsa Yahudi senantiasa menaruh kepercayaan, bahwa Almasih harus datang dari keturunan Daud. Pada ketika Tuhan Yesus datang kedunia, dan sekarang ini pun juga, bangsa itu masih menaruh kepercayaan demikian. Hal Almasih akan datang dari keturunan Daud ini,  kemudian diteguhkan oleh semua nabi, misalnya sebagaimana tercantum dalam Yes 11:1; Yer 23:5; Yeh 37: 25. Sesuai dengan nubuat itu, Gabriel memberitakan kelahiran Yesus Kristus kepada Maria, ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Maha Tinggi dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapak leluhur-Nya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan (Luk 1: 32-33).[11]
Dari situ kita dapat mengambil suatu jalan pikiran dimana dari perjanjian tersebut akan muncul pengharapan dan oleh karena kasih itu Allah akan menggenapi janjinya kepada Daud dimana melalui keturunannya akan lahir raja diatas segala raja yaitu Yesus Kristus yang akan menyelamatkan manusia dari setiap dosa.

Y RELEVANSI
Banyak perikop eskatologis dalam kitab-kitab para nabi menyebut tentang Daud dan janji-janji kepadanya. Dan tentu, Yesus yang  lahir dari keturunan Daud memiliki makna penting bagi pemahaman kita tentang siapakah Dia sebenarnya. Perhatikan bahwa silsilah yang ditulis Matius dimulai dengan: “Inilah silsilah Yesus Kristus, anak Daud, anak Abraham” (1:1). Dari awal Yesus ditempatkan pada perspektif  Dia yang sebenarnya sebagai penggenapan janji-janji luar biasa tentang berkat-berkat bagi dunia yang diberikan kepada-Nya, serta melalui Abraham dan Daud.[12] Perhatikanlah apa yang dijanjikan Tuhan mengenai anak Daud, ‘Dialah yang akan mendirikan rumah bagi nama-Ku’. Karena Daud adalah pahlawan perang, maka ia tidak dapat menjadi lambang Kristus berkenaan dengan perdamaian seperti Melkisedek yang menjadi Raja Salem; kehormatan ini disediakan bagi Salomo. Sebagai Daud, Ia akan mengalahkan segala musuh dan mendirikan kerajaannya dengan sentosa kekal selama-lamanya.[13] Berdasarkan arti terakhir mengenai Kristus ini, maka perjanjian Daud bersifat perjanjian yang tidak bersyarat. Jadi penggenapan oleh Allah tidak tergantung pada kesetiaan manusia memenuhi syarat-syarat tertentu. Dalam perjanjian itu memang diadakan ketentuan-ketentuan untuk menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi, apabila anak-anak Daud yang memerintah melakukan dosa atau menemui kegagalan. (7:14) Aku akan menjadi Bapanya, dan ia akan menjadi anak-Ku. Apabila ia melakukan kesalahan, maka Aku akan menghukum dia dengan rotan yang dipakai orang dan dengan pukulan yang diberikan anak-anak manusia. Tapi ini bukanlah suatu syarat yang menentukan penggenapan perjanjian itu, karena ayat-ayat berikutnya segera mengatakan ‘Tetapi kasih setia-Ku tidak akan hilang dari padanya, seperti yang Kuhilangkan dari pada Saul, yang telah Kujauhkan dari hadapanmu’.
Kalimat ini dimasukan ke dalam perjanjian untuk Salomo dan kesalahan yang diperbuatnya beserta dengan semua raja berikutnya, sebelum kedatangan Raja yang besar dan sempurna itu (Yesus).[14] Yesus sendiri pun telah menggenapi akan janji Allah tersebut dimana Yesus itu sendirilah bait Allah yang sesungguhnya dimana ia akan menjadi Bait Allah dan pemimpin dari Gereja yang ada dibumi yang akan menyelamatkan umat manusia dari dosa.

Y REFLEKSI
Teologi Perjanjian, Teologi Pengharapan dan Teologi Keselamatan saling memiliki hubungan, dimana dalam teologi perjanjian dalam pasal ini dikatakan bahwa Allah berfirman kepada Daud melalui Nabi Natan, dimana Allah sendiri berjanji kepada Daud untuk menjauhkan semua musuhnya, dan mengkokohkan kerajaannya sampai selama-lamanya, sedangkan dalam teologi pengharapan dalam pasal ini memiliki hubungan dengan teologi perjanjian dimana Allah sendiri memberikan harapan kepada Daud bahwa dari keturunannyalah yang akan melanjutkan pembangunan Bait Suci Allah tersebut, dan dalam janji pengharapan tersebut muncul sebuah pengharapan akan munculnya Mesias dari keturunan Daud.  Teologi keselamatan adalah gabungan antara teologi perjanjian dan teologi pengharapan dimana dalam teologi keselamatan ini kedua teologi tersebut dilebur menjadi satu, dalam teologi keselamatan ini Allah melakukan rancangannya dalam keturunan Daud yang akan mengenapi dari janji dan pengharapan tersebut, yaitu Yesus Kristus itu sendiri. Yesus Kristus menggenapi perjanjian Allah dengan Daud, Yesus telah mengalahkan dosa yang telah menjadi musuh besar bagi manusia dan mengkokohkan kerajaan Allah dibumi melalui firman Allah, dalam pengharapan ia telah lahir untuk membangun bait suci kepada Allah dimana bahwa tubuh dari Yesus sendirilah adalah Bait Suci Allah tersebut, sedangkan dalam keselamatan ia telah rela mati di kayu salib untuk menebus dosa manusia dan menyelamatkan manusia dari dosa, dan menyelamatkan manusia kepada terang Allah yang ajaib. Yesus telah menjadi raja, Yesus telah menjadi Bait Suci bagi Allah dan Yesus telah menyelamatkan manusia dari dosa, sungguh rancangan yang sangat indah. Perjanjian Allah kepada Daud adalah sebuah karya keselamatan Allah bagi kita manusia, walaupun kita telah berbuat dosa perjanjian tersebut tidak akan pernah terbatalkan karena Allah sangat menyayangi manusia. Akan tetapi muncul sebuah pertanyaan, dimana tugas dari manusia itu sendiri mengenai perjanjian itu? “sudah seharusnya kita sebagai manusia yang diciptakan oleh Allah menjaga perjanjian itu dengan sungguh-sungguh dan menghormati perjanjian tersebut dengan cara melakukan segala yang baik kepada Allah…” dan sudah seharusnya kita sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus melanjutkan karya keselamatan Yesus Kristus itu kepada mereka yang masih belum percaya akan janji dan karya keselamatan itu.



[1] Alasan saya mengapa memakai penafsiran naratif dikarenakan oleh isi dari 2 Samuel 7: 8-16 ini mengisahkan suatu percakapan antara Allah dengan Nabi Natan, dalam percakapan tersebut Allah mengirim pesan kepada Nabi Natan yang mana pesan tersebut ditujukan kepada Raja Daud, oleh karena itu saya ingin berusaha mengangkat pesan tersebut dengan cara bercerita kepada Raja Daud, dalam penafsiran ini saya menganggap diri saya sebagai Nabi Natan yang akan menyampaikan pesan tersebut dengan cara bercerita agar tujuan dari pesan tersebut dapat  dipahami secara jelas.
[2] David M. Howard. Jr, Kitab-kitab Sejarah Dalam Perjanjian Lama, Gandum Mas, Jawa Timur 2002: hlm. 173
[3]  Mis. Harrison, Introduction,hlm.  709; Archer, Survey, hlm. 283-284
[4] E. Hill, John H. Walton, Survei Perjanjian Lama, Gandum Mas, Jawa Timur 2000: hlm. 299
[5] Kitab-kitab Sejarah Dalam Perjanjian Lama, Op. Cit., hlm. 174
[6] Tentang pendapat –pendapat ini lihat Harrison, Introduction to the Old Testament, hlm. 699-700
[7] T. H. C. Vriezen, Agama Israel Kuno, BPK-Gunung Mulia, Jakarta 2009: hlm. 81
[8] Agama Israel Kuno, Op. Cit., hlm. 86-87

[9] Kitab-kitab Sejarah Dalam Perjanjian Lama, Op. Cit.,  hlm. 197-198
[10] Kitab-kitab Sejarah Dalam Perjanjian Lama, Ibid.,  hlm. 198
[11] J. Sidlow Baxter, Menggali Isi Alkitab 1, Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, Jakarta 2004: hlm. 325
[12] Kitab-kitab Sejarah Dalam Perjanjian Lama, Ibid.,  hlm. 198
[13] Menggali Isi Alkitab 1, Op. Cit., hlm. 329
[14] Menggali Isi Alkitab 1, Op. Cit., hlm. 328

No comments:

Post a Comment