PNEUMATOLOGI
(Suatu Tinjauan Dogmatis terhadap Roh Kudus)
I.
Pendahuluan
Dalam Liturgi gereja seringkali terdengar kata “Di
dalam Nama Bapa, Anak dan Roh Kudus, Amin.” Pernyataan ini merupakan rumusan
Tritunggal yang menjelaskan tentang keilahian dari ketiga pribadi dalam Allah
Tritunggal. Alkitab dengan jelas menyatakan Roh Kudus memiliki atribut-atribut
ilahi dan mempunyai otoritas ilahi. Keilahian Roh Kudus secara umum diterima
oleh gereja, dan keilahian Roh Kudus tidak terlalu diperdebatkan. Namun, sekitar
abad ke-4 muncul pembahasan mengenai Roh Kudus yang diinspirasikan dari
pendapat beberapa uskup yang akhirnya dibawa ke dalam konsili-konsili yang
terjadi pada saat itu. Hingga saat ini pun, pemahaman akan Roh Kudus ini selalu
tetap dibicarakan. Oleh karena itu, dalam sajian ini, penulis akan membahas
tentang Roh Kudus serta peranan dan pemahaman Roh Kudus.
II.
Etimologi
Untuk
mengetahui apa itu Roh Kudus dan bagaimana pekerjaan-Nya, perlu kita mengetahui
dahulu arti kata roh. Kata roh yang
kita ambil-alih dari bahasa Arab ruch, adalah terjemahan dari bahasa Ibrani ruach dan kata Yunani pneuma. Pertama, kedua kata ini berarti
gerakan udara yang disebabkan oleh nafas. Karena itu, ruach dan pneuma dapat
diterjemahkan dengan ‘nafas’. Atau dengan arti kiasan ‘nyawa’ dan ‘semangat’
(=prinsip atau kodrat yang memberikan kehidupan kepada tubuh). Kedua, kata
ruach dan pneuma berarti gerakan udara yang disebabkan oleh angin. Karena itu
kedua kata itu dapat diterjemahkan dengan ‘angin’: angin sepoi-sepoi, angin
kencang, angin ribut, badai, topan, dan lain-lain.[1]
Roh dapat juga diterjemahkan sebagai istilah yang umumnya digunakan untuk orang
yang luar biasa (biasanya tak kelihatan). Roh juga disamakan dengan nafas atau
angin yang tak kelihatan, mengandung kekuatan dan pemberi hidup, dan kesadaran.[2]
Dalam
Perjanjian Baru, kata Yunani pneuma
mempunyai arti luas. Roh itu datang dalam api dan penghukuman (Mat.3:11), roh
datang atas murid-murid pada hari Pentakosta menyerupai api (Kis.2:3), tetapi
kedengaran seperti angin. Dalam gabungan dengan kata sifat Kudus (Roh Kudus),
yang dimaksud adalah Roh Allah.[3]
Dalam
arti harafiah, kata Yunani pneuma
berarti hembusan atau angin. Hembusan pernafasan manusia, saksi hidupnya,
berasal dari Allah dan kembali kepada Allah bila manusia menghembuskan nafasnya
terakhir; tetapi Allah dapat mengembalikannya kepada manusia, sebab ia kembali
kepada Allah agar diterima oleh-Nya.[4]
Roh orang beriman didiami oleh Roh Allah yang bersatu dengan manusia, agar ia
mampu menyatakan doa sebagai putra Allah, agar ia bersatu dengan Tuhan
sedemikian rupa sehingga menyatu menjadi seroh; dengan demikian manusia
sungguh-sungguh diperbaharui.[5]
Perjanjian Baru bicara tentang kegiatan Roh Allah dalam segi karismatik,
peralihan, yang menjadi ciri khas PL. Roh datang kepada manusia, mengangkatnya,
dan menjadikannya mampu menjalankan tindakan-tindakan luar biasa: untuk bicara
sebagai nabi, untuk melakukan hal-hal ajaib. Maka kadang-kadang dikatakan bahwa
orang-orang tertentu dipenuhi oleh Roh Kudus, dan disebut pula kebijaksanaan
orang-orang rohani dan karisma-karisma yang dikaruniakan oleh Roh.[6]
III.
Pembahasan
a.
Roh Kudus
dalam Perjanjian Lama
Definisi
kata Roh dalam Perjanjian Lama berasal dari kata Ibrani ruah. Roh mempunyai beberapa arti, yang mana
semuanya menunjuk kepada apa yang tidak terlihat oleh mata manusia dan yang
membuktikan adanya daya atau tenaga aktif bekerja. Kata Ibrani dan Yunaninya
digunakan untuk memaksudkan angin, daya hidup yang
aktif dalam makhluk-makhluk di bumi, desakan dari hati nurani yang menentukan
cara orang berbicara dan berprilaku, serta ucapan terilham yang berasal dari
sumber yang tidak kelihatan.[7]
Kata Ruah merupakan
daya kekuatan yang ditemukan di dalam angin serta nafas dan yang tidak kita
ketahui dari mana dan kemana kekuatan itu. Nafas adalah angin dalam manusia,
yaitu daya dan vitalitas yang terungkap dalam nafas. Selanjutnya, ruah juga menjadi sama artinya dengan nefesh, yakni jiwa dan nyawa, dan
akhirnya berarti pula pusat kemauan dan tindakan manusia sehingga ruah menunjukkan juga ‘roh’ dalam arti
berada dalam manusia sebagai ‘makhluk rohani’, yakni berakal budi. Dalam
Perjanjian Lama, tidak ada ditemukan pertentangan roh dan daging seperti yang
terdapat dalam Perjanjian Baru.[8]
a. Pekerjaan Roh dalam penciptaan
1. Roh melayang-layang diatas permukaan air, yaitu dalam Kejadian 1:2
2. Membentuk manusia, yaitu dalam Kejadian 2:7
3. Mencerahkan langit, yaitu dalam Ayub 26:13
4. Memelihara kehidupan binatang dan
5. membaharui permukaan bumi, yaitu dalam Mazmur 104:30.
Roh itulah Ruakh
{nafas/angin} Allah, tenaga dan kekuatan Allah, azas dari kehidupan manusia
dalam segala seginya. Manusia – roh, jiwa dan tubuh – terbuka bagi kuasa
Roh Allah, belajar mencerminkan Allah. Roh manusia adalah ‘pelita Tuhan’ bila
berada dalam Roh Tuhan (Amsal 20:27).Bila
roh manusia mempunyai hubungan yang benar dengan Roh Allah, maka ia memenuhi
kehendak Tuhan atas dirinya. (Dalam Perjanjian Lama manusia mempunyai roh atau
roh adalah sinonim dari ia mempunyai ‘hati’ atau ia adalah pribadi). Sayang,
karena dosa, manusia membuat dirinya menjadi pusat hidupnya. Dalam keadaan ini
ia merukas pribadinya sendiri, tidak menghormati Allah dan menghinakan RohNya.
Tapi bila kepribadiannya berpusat pada Roh Allah maka ia mempermuliakan Allah.
b. Pekerjaan
roh dalam melengkapi bagi pelayanan.
Roh datang pada orang yang dipilih Allah untuk tugas tertentu dan
menganugerahkan kecakapan untuk mengemban tugas itu, misalnya :
1. Keahlian, yaitu dalam Keluaran
31:3
2. Kepemimpinan, yaitu dalam Hakim-hakim 3:10
3. Kekuatan badani, yaitu dalam Hakim-hakim 14:6.
c. Pekerjaan
Roh dalam mengilhami pada Nabi.
Ada kalanya ada
sekelompok orang yang fanatik mengatakan diri digerakkan oleh Roh untuk
melakukan hal-hal bagi orang-orang lain dengan sesuatu yang berlebihan.
Dilain-pihak ada sekelompok orang lain yang sangat berhati-hati dan lebih
mengerti perihal rohani. Akibatnya kelompok ini cenderung memisahkan diri dari
kelompok fanatik itu, dan tidak begitu gampang menyebut diri didiami oleh Roh.
Sementara itu ada nabi yang sungguh-sungguh menyadari peranan dan pengaruh Roh.
Karya Roh dipandang tinggi bobotnya dalam wujud moral, sedangkan kemungkinan
bergerak secara spontan dalam hal-hal rohani dan kebebasan melampaui kebiasaan
diakui.
i. Pendapat Para Ahli Mengenai Roh di Dalam Perjanjian Lama
Chr. Barth
mengatakan bahwa di dalam Perjanjian Lama terdapat Roh
yang yang berasal dari Allah, yang turun ke dalam persekutuan umat
Allah, yang dapat diterima oleh orang yang ditunjuk oleh Allah sesuai dengan kehendak
Allah, contohnya kepada nabi. Sehingga dengan hadirnya Roh Kudus tersebut maka
orang-orang dapat saling membina, melengkapi dan mengembangkan, hal inilah yang
menjadi cita-cita yang meudian terpendam dan baru muncul lagi dalam umat
Kristen pertama[10]
Klaus Koch
mengatakan bahwa Roh Yahweh adalah roh yang hinggap pada seorang penguasa.
Karena dia melihat bahwa menurut keyakinan Israel ada suatu kekuatan yang jatuh
dari langit, yang memberi kekuatan luar biasa pada alam atau manusia. Kekuatan
itu dikarenakan Roh Allah yang berdiam pada orang yang menjadi penguasa
tersebut. Sehingga orang yang menerima Roh Yahweh itu akan menjadi penghubung
atau perantara antara manusia dengan Allah.[11]
Harry Mowvley
mengatakan bahwa kata Ibrani untuk roh juga berarti “angin” dan ini tampaknya
berhubungan dengan sesuatu yang tidak dapat diketahui sebelumnya (bnd. Yoh.
3:8), roh inilah yang diberikan oleh Allah kepada nabi sehingga nabi memiliki kuasa. Karena roh
inilah maka Firman Allah yang disampaikan oleh para nabi bukan menjadi
perkataan yang mati, bukan menjadi sekedar pemaparan atas sesuaty yang mereka
percaya terjadi. Firman itu adalah perkataan Yahweh yang disampaikan oleh roh.[12]
Robert Davidson
menerangkan bahwa: “Roh Allah adalah Allah sendiri yang dengan kuasa-kuasa
sedang bertindak di dalam dunia. Roh yang sama pada mulanya “melayang-layang di
atas permukaan air” (Kej. 1:1) untuk menerbitkan ketertiban dari dalam
kekacauan dan sampai sekarang masih terus bekerja membaharui karunia, berupa
kehidupan pada segala mahluk hidup.”Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa Roh mengadakan penataan
untuk menjadikan segala sesuatu harmonis (Ayub 26:13;Yesaya 40:12,13), dan Ia
juga memberikan kehidupan (Maz 33:6;104:30).[13]
b.
Roh dalam
Perjanjian Baru
i. Menurut
Injil Sinoptik dan Kisah Para Rasul
a. Injil
Markus dan Matius
Dalam
Perjanjian Baru Roh sebagai pemimpin ke dalam Wahyu Allah dalam Yesus Kristus.
Dalam Perjanjian Baru ini umat Kristen purba mengungkapkan pengalamannya tentang
Roh Kudus, mereka sudah berkenalan dengan-Nya di dalam praktis kehidupan
sebagai murid Kristus yang mau mengikuti jejak Yesus. Pandangan tentang Roh
Kudus yang paling dekat dengan Perjanjian Baru terdapat dalam injil Markus dan
Matius, namun Injil Lukas memuat lebih banyak bahan tentang Roh Kudus dari
Injil Matius dan Markus. Lukas lebih sering berbicara tentang Roh Kudus dari
pada kedua injil ini, sampai-sampai ada yang menjuluki injil Lukas dan Kisah
Para Rasul sebagai “Injil Roh Kudus”.[14]
Injil
Matius dan Markus melihat Roh Kudus sebagai daya kekuatan Allah. Daya Ilahi ini
ada pada Yesus, dan dengan “ kuasa roh Allah”Itulah Yesus mengusir setan dan
memaklumkan menyingsingnya fajar kerajaan Allah. Dalam markus 1:8, di mana
yohanes pembaptis berkata “ aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia
akan membaptis kamu dengan Roh kudus”. Dicurahkannya Roh Kudus atas
jemaat Kristen perdana telah memenuhi perkataan sang pembaptis tadi. Dengan
mengambil bagian dalam Roh, umat Yesus mengantisipasi penyelamatan dari
penghakiman Eskatologis.
Allah
sendiri menjumpai manusia melalui Yesus dengan cara yang unik, karena Yesus lah
sang Nabi Eskatologis. Demikianlah keyakinan beriman pengarang injil Matius
dan Markus. Keyakinan ini mereka
ungkapkan dengan menunjukkan bagaimana Roh Allah berkarya dalam perkataan dan
perbuatan Yesus. Matius dan Markus berbicara tentang Roh Kudus dalam rangka
kesaksian mereka mengenai Yesus sang Kristus. Maka pernyataan Pneumatologi
dalam kedua injil ini terarah kepada Kristologi dan diabdikan kepadanya.[15]
Penerimaan
Roh Kudus oleh Kristus terlihat paling jelas saat baptisan-Nya. Peran Roh Kudus
dimulai pada waktu pembuahan dan kelahiran Yesus dan diteruskan selama
pelayanan-Nya (Mat 4 : 1 ; 12:28). Hal ini sama sekali tidak mengurangi
keillahian Yesus. Manusia dapat melihat ketergantungan Yesus kepada Roh kudus
sebagai contoh atau panutan bagi ketergantungan manusia kepada-Nya.[16] Pembaptisan Yesus dapat dianggap sebagai
permulaan pelayanan-Nya di depan umum, maka tidak mengherankan bila semua penulis
Sinoptik memberi perhatian kepada-Nya. Mereka semua menyebut Roh Kudus turun
bagaikan merpati atas-Nya, sebagai pendahuluan kepada suara dari sorga yang
mengajak manusia agar mendengar suara-Nya ( Mat 3:16 ; Mrk 1 : 10). Turunnya
Roh Kudus menandai mulainya suatu zaman Baru, suatu zaman kebenaran yang di
dalamnya kehendak Allah dilakukan. Peranan roh dalam pelantikan Mesias ini di
depan umum bermakna dalam hal dimeteraikannya suatu materi ilahi atas misi
Yesus.[17]
b. Injil
Lukas dan Kisah Para Rasul
Dalam tulisan-tulisan Paulus dapat dilihat bahwa orang
Kristen mula-mula memiliki pandangan tersendiri mengenai karya Roh Kudus.
Orang-orang kristen menyadari bahwa Roh Allah turun ke atas semua orang
beriman. Kalau orang penyembah berhala berpendapat bahwa kehadiran roh ilahi
dapat dikenal dari berbagai bentuk tingkah laku Ekstatis (Kepenuhan Roh)
namun orang Kristen mengenali kehadiran-Nya dari buah-buah-Nya dalam tingkah
laku moral.[18]
Yesus dan Roh Kudus
Hubungan antara Roh dan Yesus, dapat diamati bahwa dalam
karangan Lukas bahwa Yesus sejak semula memiliki Roh Kudus (Luk 1:35) dan
sesudah dimuliakan Allah Bapa yang membangkitkan-Nya, Yesus menjadi pemberi Roh
itu juga kepada jemaat-Nya (Kis. 2:33). Bila dalam Perjanjian Lama para nabi
dibawa, disuruh dan dirasuki oleh Roh, dalam karangan Lukas Yesuslah yang
membawa, menyatakan dan mengutus Roh.[19]
Ada beberapa pernyataan yang menghubungkan Roh Kudus
dengan Yesus, khususnya pada bagian awal Injil Lukas. Malaikat Gabriel
menjelaskan kepada Maria bagaimana ucapan-ucapannya akan digenapi: Roh Kudus …
(Luk. 1:35). Ini berarti, Roh Kudus mempunyai peranan penting dalam mewujudkan
inkarnasi. Roh ada pada Yesus setiap saat dan seluruh pelayanan-Nya merupakan
buah kehadiran Roh. Pada kenyataannya, menjelang akhir pelayanan-Nya di dunia
ini, tepat sebelum kenaikan-Nya, Yesus memberikan perintah kepada para Rasul
“oleh Roh Kudus” (Kis. 1:2). Allah dalam Kristus telah menganugerahkan Roh
Kudus kepada orang-orang yang percaya kepada-Nya dan anugerah Roh Kudus ini
merupakan perlengkapan yang diperlukan untuk pelayanan Kristen.
Lukas berpandangan hubungan antara Roh dan Gereja sebagai
berikut: berkat perantaraan Yesus, gereja pun memperoleh Roh Kudus (Luk 24:49;
Kis 2:33). Gereja tidak “demi kodratnya” memiliki Roh, tetapi hanya sebagai
anugerah (Kis 2:38). Hal ini terlihat dari kenyataan bahwa pada saat jemaat
sedang susah atau sebenarnya gagal, mereka berdoa memohon keberanian dan
kekuatan, lalu Allah memberikan Roh-Nya (bdk. Kis 4:29-31). Pada zaman gereja,
karya Yesus diteruskan oleh Roh Kudus yang mengarahkan kepada tujuan yang
dikehendaki Allah (Kis 8:29; 9:31.39; 11:13; 17:7).
Lukas melihat Roh Kudus sebagai rangkuman segala anugerah
Allah. Dialah karunia begitu saja, diberikan kepada siapa saja yang meminta
(Luk 11:13). Setiap orang yang beriman atau dibabtis memiliki Roh. Roh Kudus
dianugerahkan sebagai akibat langsung dari kepercayaan atau pembabtisan (Kis
2:4; 4:31; 8:15; 10:44; 11:15; 13:52; 19:6). Bagi Lukas yang terpenting bukan
lagi tindakan dan penampakan Roh Kudus pada kesempatan tertentu, melainkan
gereja. Dalam gereja sebagai umat Allah genaplah apa yang dijanjikan dahulu
tentang Roh yang akan dicurahkan. Kepada gereja keseluruhan Roh itu diberikan
(bdk. Kis 1:8; 2:4.38). Adanya gereja dan karya Roh tidak dipisah-pisahkan
karena gereja adalah peristiwa Roh Kudus. Lukas memandang Roh bersifat hidup
dan aktif, sebagai oknum yang kehadiran-Nya menerangi dan membangkitkan
semangat jemaat. Mengaburkan atau megabaikan ajaran ini berarti tidak menangkap
satu-satunya hal yang membuat jemaat Allah mampu melakukan pekerjaan yang
menjadi panggilannya dan mampu menjadi jemaat sebagaimana mestinya.
3.2.1. Menurut
Tulisan Yohanes dan Paulus
a. Menurut
Tulisan Yohanes
Roh Pada waktu pembaptisan
Apa yang dituliskan dalam Injil Yohanes berbeda dengan
laporan Sinoptik mengenai pembaptisan Yesus dalam hal bahwa Yohanes menaruh
perhatian kepada reaksi si Pembaptis (Yoh. 1:29-34). Menurut Injil Yohanes,
Yohanes Pembaptis menegaskan bahwa ia “melihat Roh turun seperti merpati” atas
Yesus. Merpati itu persis parallel dengan laporan Injil Sinoptik. Kata kerja
yang dipakai Yohanes untuk “melihat” (theasthai)
tak dapat ditafsirkan seolah-olah menunjuk kepada suatu penglihatan (visi), karena kata kerja itu harus
disusul dengan sebutan sesuatu yang nyata.[20]
Fungsi-Fungsi Roh
Dalam Teologi Perjanjian Baru 2, Donal Guthrie menuturkan
sedikitnya ada 6 fungsi Roh menurut kesaksian Injil Yohanes, yaitu:[21]
1.
Fungsi
utama-Nya ialah memuliakan Kristus (Yoh. 16:14). Roh senantiasa menyangkal
diri, tak pernah berbicara berdasarkan kewibawaan-Nya sendiri (ay. 13). Ia
tidak mencari kemuliaan sendiri, hanya kemuliaan Kristus.
2.
Berhubungan
erat dengan hal ini ialah fungsi Roh yang memampukan orang-orang percaya untuk
bersaksi tentang Kristus (Yoh. 15:26). Roh memberi kesaksian tentang Kristus,
dan orang-orang percaya melalui roh yang sama memberi kesaksian tentang Kristus
yang sama. Karena hanya melalui kesaksian kepada orang lainlah, Jemaat dapat
mengembangkan gerakan missionernya, maka ada kaitan langsung antara pernyataan
ini dengan pengalaman-pengalaman dalam Kitab Kisah Para Rasul. Tanpa Roh,
kesaksian tentang Kristus takkan pernah menyebar.
3.
Jemaat
harus memberitakan Injil. Karena itu janji bahwa Roh akan diberikan kelak
menjadi sangat penting, bukan hanya dalam rangka mengemban kesaksian tentang
Kristus, melainkan juga untuk mengingat dan memahami pengajaran-Nya. Dalam
hubungan ini Yohanes 14:26 menjadi istimewa penting: “Dialah (Roh) yang akan
mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang
telah Kukatakan kepadamu”. Di sini terlihat adanya kaitan langsung antara
“segala sesuatu” dan “semua yang telah Kukatakan kepadamu”. Jika demikian maka
yang dimaksud di sini ialah tradisi otentik tentang pengajaran Yesus.
Pemeliharaan tradisi yang tak ternilai harganya ini bukanlah dibiarkan terjadi
sembarangan saja. Roh telah menjadi penjaga kebenaran. Janji itu mempunyai arti
bagi sejarah kanon pada periode selanjutnya, sedikitnya menyangkut kitab-kitab
Injil. Tradisi tidaklah berkembang tanpa kendali, seperti diduga beberapa ahli,
melainkan di bawah pimpinan Roh. Layak diingat bahwa di sini terdapat
kesejajaran tertentu dengan amanat terakhir dalam Injil Matius; para murid
harus mengajar orang untuk memelihara semua yang diperintahkan Kristus kepada
mereka (Mat. 28:20).
4.
Roh
Kudus memimpin, teristimewa ke dalam seluruh kebenaran (Yoh. 16:13). Ini mirip
dengan janji yang terdahulu, walaupun merupakan perluasannya. “Semua kebenaran”
mencakup pemahaman yang berkembang tentang arti misi Yesus, makna kematian dan
kebangkitan-Nya, dan penerapan iman yang baru ditetapkan itu ke dalam
kehidupan. Janji tuntunan ke dalam seluruh kebenaran inilah yang menjelaskan
asal-usul kewibawaan para surat rasuli. Sekali lagi, Roh akan mencegah
perkembangan yang sembarangan dan menjamin pemeliharaan kebenaran.
5.
Masih
ada satu lagi aspek pekerjaan Roh dalam memberi penyataan, yaitu mengenai masa
depan (Yoh. 16:13). Ungkapan yang sangat umum, “hal-hal yang akan datang”, yang
akan dinyatakan Roh itu cukup luas untuk mencakup semua pengajaran tentang
hal-hal yang terakhir dalam surat-surat dan kitab Wahyu. Dengan demikian
berarti Yohanes berada di dalam Roh tatkala ia diperintahkan untuk menuliskan
sebuah kitab apa yang ia lihat dalam wahyu.
6.
Semua
fungsi Roh yang disebut di atas berhubungan dengan orang percaya, tetapi
Yohanes 16:8-11 berbicara tentang parakleitos[22]
dalam dunia, walaupun peranan ini pun baru terjadi melalui perantaraan
orang-orang percaya. Nas ini menubuatkan pekerjaan Roh dalam hal meyakinkan
atau menginsafkan. Dunia akan diinsafkan mengenai dosa, kebenaran dan
penghakiman, dan juga ditambahkan penjelasan untuk memastikan bahwa ketiga
aspek itu dipahami dengan benar. Dosa di sini ialah ketidakpercayaan kepada
Yesus. Roh memuliakan Kristus dan juga menaruh perhatian kepada penolakan
manusia untuk memuliakan Kristus dengan cara tidak percaya kepada-Nya.
Kebenaran juga diterangkan dalam hubungan dengan Kristus.[23]
b. Menurut
Tulisan Paulus
Di
antara teologi biblis tentang Roh Kudus, teologi Paulus paling kaya dan
beragam. Paulus mengungkapkan bahwa Bapa menunjukkan kepada kita kasih-Nya yang
tak terlampaui dengan menyerahkan Anak-Nya (Rm. 8:32, 39) sampai pada salib –
pusat dan titik balik seluruh pewartaan Paulus (1 Kor. 1; Flp. 2:8) –. Dan salib berarti: “dibuat menjadi dosa
karena kita” (2 Kor. 5:21; Rm. 8:3). Kebenaran ini mencakup segala sesuatu.
Paulus tidak hanya mewartakannya, tetapi juga hidup sendiri di tengah dan di
dalamnya, yaitu sejauh ia telah menjadi penyerahan kebapaan melulu demi
orang-orangnya, semata-mata keikutsertaan dalam derita dengan Sang Putra, dan
dimampukan untuk menjadi demikian karena “kasih Allah telah dicurahkan dalam
hati kita oleh Roh Kudus” (Rm. 5:5). Sorotan kasih ini membuatnya berkeyakinan
bahwa kebangkitan serta kemuliaannya (doxa)
tak terpisahkan dari salib; bahwa kelemahan pada salib (2 Kor. 13:4) secara
niscaya bermuara dalam kekuatan (dynamis)
kebangkitan. Melalui kebangkitan-Nya yang dipandang Paulus secara khusus
sebagai karya Roh Allah (Rm. 1:4; 8:11).[24]
Mengikuti
Kristus ini hanya dapat berarti bahwa kita oleh Roh yang dikaruniakan kepada
kita sebagai “jaminan” (2 Kor. 5:5) yang “datang dari Tuhan”, makin lama makin
“diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya” (2 Kor. 3:18). Berkat dicurahkannya
Roh Kudus di dalam hati kita, berkat “dibaptisnya” kita (1 Kor. 12:13) dalam
Roh itu maka sampailah kita baik kepada pemahaman kebenaran ilahi maupun kepada
kehidupan di dalamnya.
Selanjutnya, Nico Syukur Dister mengungkapkan beberapa
hal tentang Roh Kudus sesuai kesaksian surat-surat Paulus sebagai berikut:[25]
1.
Berhubung
dengan pemahaman, jelaslah bahwa Roh
Kudus memperlihatkan diri sebagai Interpretator.
Pemahaman ini tidak terlepas dari keputusan untuk melalui pembaptisan yang
merupakan karya Roh, membuka diri bagi penerangan oleh Roh itu juga. Kepada
orang beriman yang telah dibaptis, Paulus memberitakan “hikmat yang bukan dari
dunia ini” yaitu bahwa “tidak ada orang yang tahu, apa yang terdapat dalam diri
Allah selain Roh Allah”; dan bahwa “kita tidak menerima roh dunia, tetapi Roh
yang berasal dari Allah, supaya kita tahu apa yang dikaruniakan Allah kepada
kita”. Apa yang tersembunyi di dalam Allah, rahasia Allah, itu kita wartakan
bukan dengan perkataan hikmat manusia, melainkan sebagaimana “diajarkan oleh
Roh” (1 Kor. 2:5-13).[26]
2.
Roh
juga berperan sebagai “Introduktor”
ke dalam hidup menurut kebenaran. Cara hidup semacam itulah yang akan
memperdalam dan mematangkan pemahaman yang sebenarnya, yakni Jikalau seseorang
dengan mengikuti Kristus secara sungguh-sungguh “mengikatkan diri pada Tuhan,
ia menjadi satu roh dengan Dia” (1 Kor. 6:17), sebab “jika orang tidak memiliki
Roh Kristus, ia bukan milik Kristus” (Rm. 8:9). Kristus memberikan diri-Nya
kepada kita melalui dan di dalam Roh-Nya.[27]
3.
Dalam
pesan etikanya kepada jemaat di Galatia, Paulus mengungkapkan bahwa Roh Kudus
akan menghasilkan buah-buah roh yang
baik seperti: Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera,
kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri.
Ini menjadi kebalikan dari apa yang
disebut Paulus sebagai hidup di dalam daging dengan membuahkan percabulan,
kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan,
iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah,
kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya.[28]
Yang paling hakiki dalam ajaran Paulus tentang Roh Kudus
ialah interpretasi yang dibuat oleh Roh mengenai wahyu Allah dalam Kristus. Roh
menafsirkan wahyu itu dalam sabda nubuat, tetapi lebih-lebih dalam seluruh
eksistensi orang beriman sebagaimana secara teladan menjadi jelas dalam
eksistensi Paulus sendiri: “Aku menasihatkan kamu: turutilah teladanku!” (1
Kor. 4:16), “sama seperti aku menjadi pengikut Kristus” (1 Kor. 11:1; Flp.
3:17), khususnya di mana kesusahan harus dikaitkan dengan “sukacita yang
dikerjakan oleh Roh Kudus” (1 Tes. 1:6). Masing-masing orang beriman seharusnya
menjadi teladan baik bagi sesamanya maupun bagi jemaat seluruhnya, sebab Roh
Kudus mengajar kesempurnaan baik dalam orang perorangan maupun dalam Gereja
seluruhnya.[29]
3.3. Roh Kudus menurut para Bapa-bapa Gereja
Ø Ireneus
Ireneus mengatakan bahwa, Roh Kudus adalah Dia yang melalui-Nya para
nabi telah bernubuat, para bapa menangkap apa yang menyangkut Allah,
orang-orang yang benar dipimpin di jalan kebenaran; dan pada akhir zaman Roh itu
akan dicurahkan secara baru untuk memperbarui manusia di seantero dunia di
hadapan Allah.[30]
Ø Tertullianus
Menurut Tertullianus, Roh keluar a
Patre per Filium (dari Bapa melalui Putra). Dia menuliskan bahwa, Roh itu
yang ketiga, Ia (datang) dari Allah dan Putra, sama seperti buah dari batang
pohin adalah yang ketiga (dengan berpangkal) dari akar, atau seperti aliran
sungai yang ketiga (kalau mulai) dari mata air, ataupun titik cahaya dari sinar
adalah yang ketiga (yang bertolak) dari matahari.[31]
Ø Athanasius
Athanasius menekankan, bahwa menurut kesaksian Alkitab, Roh Kudus
bukanlah sesuatu yang merupakan hakikat makhlukiah, tetapi termasuk pada Allah
dan satu dengan ke-Allah-an, yaitu Trinitatis. Roh Kudus menurut Athanasius
berasal dari Allah. Ia melimpahkan pengudusan dan bahkan kehidupan itu sendiri.
Roh Kudus itu kekal, maha ada, dan satu, sedangkan ciptaan bersifat fana,
tergantung pada waktu dan tempat dan banyak. Melalui Roh Kudus kita ambil
bagian dalam Allah. Athanasius menyimpulkan bahwa Roh Kudus juga adalah Allah
dan secara khusus Athanasius juga menekankan hubungan Roh dan Anak. Sebagaimana
pentingnya mencapai pengetahuan tentang Roh melalui Anak, demikian jugalah Roh
tidak dapat dilepaskan dari Anak. Ia adalah Roh dari Anak itu, yang diutus oleh
Anak. Segala sesuatu yang termasuk pada Roh juga termasuk pada Anak.[32]
Ø Augustinus
Menurut Augustinus, Roh Kudus memiliki ciri khas
yaitu, Sang Roh merupakan pemberian timbal balik antara Bapa dan Putra, ikatan
cinta kasih mereka itu yang mempersatukan keduanya. Augustinus menulis, Roh
Kudus boleh dikatakan suatu persekutuan tak terperikan antara Bapa dan Putra.
Nama-Nya mungkin diperoleh-Nya dari kenyataan bahwa nama itu bisa juga
diterapkan kepada Bapa dan Putra. Sebab sebutan yang ada pada Dia diterapkan dalam
arti yang sebenarnya, berlaku bagi Kedua Yang Lain sebagai sebutan umum.
Bukankah Bapa pun ‘Roh’, bukankan Putra juga ‘Roh’? Begitu pula Bapa itu
‘Kudus’ dan Putra juga ‘Kudus’. Jadi, untuk memakai suatu nama yang dimimliki
bersama oleh Bapa dan Putra, dan oleh karena itu dapat menunjukkan Roh Kudus
sebagai persekutuan dari keduanya, maka pemberian mereka berdua dinamakan Roh
Kudus.[33]
Kristus, Roh Kudus dan penggenapan erat berhubungan.
Kesaksian ini penuh dalam kitab Suci, khususnya dalam PB. Salah satu di
antaranya ialah 1Kor 15:20 dimana dikatakan bahwa Kristus adalah’buah sulung’
dari panen masa depan, tetapi Roh Kudus juga (Roma8:23). Malahan dalam bagian
lain dari Kitab Suci, Roh Kudus disebut dengan istilah arrabon yang diambil alih dari dunia perdagangan, dan yang berarti:
‘jaminan atau uang muka’ atau ‘periode pertama’ dari masa depan (2Kor.1:22,
Ef.1:14).
Dalam pekerjaan Roh Kudus penggenapan mulai berlangsung,
contohnya yang terdapat di dalam Rm.6:3-4, Ef.2:4-7, Kol.2:12. Menurut nas-nas
ini kita, dalam percaya dan dalam
baptisan, dimasukkan oleh Roh Kudus dalam karya penyelamatan Kristus: kita
mati bersama-sama dengan Dia dan bangkit bersama-sama dengan Dia, kita
ditempatkan bersama-sama dengan Dia dalam kemuliaan-Nya di sorga, dipilih
sebagai sesamanya, pewaris dan diterima sebagai anak-anak Allah.
Roh Kudus membuat kita mengarahkan pandangan dengan penuh
harapan ke masa penggenapan. Kesaksian ini merupakan perbedaan yang esensial
antara apa yang biasa kita sebut pengharapan manusiawi dan pengharapan yang
dikerjakan oleh Roh Kudus di dalam kita. Selain itu, isi pekerjaan Roh Kudus
sama dengan isi penggenapan. Apa yang kini dan di sini (di dunia) kita peroleh
dari Roh Kudus secara mendasar sama dengan apa yang akan kita peroleh di masa
depan. Dan apa yang kita peroleh kini dan di sini dari Roh Kudus? Menurut
kesaksian Kitab Suci: pengampunan, kelahiran kembali, di tempat lain kita
sebut: pembenaran dan pengudusan atau pembaruan, keselamatan. Semuanya ini
telah dimulai. Sebagai lanjutan dari itu penggenapan berarti bahwa Tuhan Allah
akan menjadi semua di dalam semua dan karena itu, seluruh eksistensi kita dan
seluruh kosmos akan diubah menurut gambar Kristus.
3.5. Roh
Kudus dan Kekudusan Umat Percaya
Anggota-anggota jemaat sebagai pribadi mempunyai tempat
yang penting dalam pekerjaan Roh Kudus. Tugas kita ialah: merenungkan dan
merumuskan hal itu dalam hubungannya yang benar bagi gereja-gereja kita. Tetapi
untuk dapat mengerjakan hal itu kita harus mengetahui dulu apa yang dimaksudkan
dengan pekerjaan Roh Kudus dalam hidup (diri) anggota-anggota jemaat, termasuk
pengudusan (1 Kor. 1:30; 2 Tes. 2:13; 1 Ptr. 1:2; bnd. Rm. 6:19-22; 1 Tes.
4:3-4, dll.).[35]
Kata pengudusan adalah – terjemahan dari kata Yunani hagiasmos – suatu kiasan yang menyatakan realitas dari buah dalam
percaya kepada Kristus. Sesuai dengan hal itu, teologi sistematika berkata-kata
tentang dua macam pengudusan, yaitu pengudusan yang mutlak dan pengudusan yang
relatif.
Yang dimaksud dengan pengudusan yang mutlak ialah pengudusan
yang serempak berlangsung dengan pembenaran. Oleh percaya kepada Kristus, yang
adalah kebenaran dan pengudusan kita (1 Kor. 1:30), kita yang dibenarkan adalah
benar-benar orang-orang yang dikuduskan, orang-orang yang benar-benar
dilahirkan kembali. Pengudusan kita bukanlah suatu cita-cita yang harus kita
kejar dan coba laksanakan, tetapi suatu realitas, suatu kenyataan. Dalam
Kristus kita adalah benar-benar orang-orang kudus.[36]
Tetapi pengudusan itu bukan hanya untuk diri kita sendiri
Pengudusan itu adalah suatu pemberian, yang harus kita teruskan kepada orang
lain. Dikuduskan, artinya diasingkan untuk dipakai sebagai alat dalam karya
penyelamatan Allah. Karena itu pengudusan yang mutlak tadi harus menyatakan
dirinya dalam pengudusan yang relatif. Harus ada tanda yang menyatakan bahwa
kita tergolong pada jemaat yang telah dikuduskan oleh Allah dalam Kristus.
Itulah sebabnya, para Rasul tidak henti-hentinya membangun (=mengajak) anggota
jemaat yang telah dikuduskan untuk hidup dalam kekudusan, bukan supaya mereka
beroleh “pahala” dari Tuhan Allah, tetapi sebagai pengucapan syukur kepada-Nya
atas kasih karunia-Nya.[37]
Pengudusan umat
adalah suatu realitas dari mati dan bangkitnya umat bersama-sama dengan Kristus. Sebab
dikuduskan berarti: menerima, bahwa hidup yang lama dengan segala dosanya telah
dimusnahkan oleh Kristus dan bergumul dengan diri sendiri untuk mematikan apa yang
telah dimusnahkan oleh Kristus itu. Di situ Paulus mengatakan bahwa dalam diri
anggota jemaat terus berlangsung suatu pekerjaan antara 2 kuasa yang
bertentangan: antara Roh Kudus dan “daging” yaitu hidup manusia yang berdosa
dengan segala keangkuhan dan keinginannya. Dalam perjuangan ini Roh Kudus kerap kali tampaknya seperti kalah:
kita tidak melakukan apa yang tidak kita kehendaki. Tetapi kalau kita melihat
kepada Kristus yang telah bangkit, kita terus berjuang dan terus berusaha
mengungkapkan keinginan kita dalam perkataan dan perbuatan kita untuk hidup
sesuai dengan panggilan kita dalam kekuatan Allah.[38]
Chi sebagai angin
Selain ch’i sebagai nafas Allah, ch’i juga dapat berarti
angin. Angin digambarkan sebagai presentasi dari kekuatan Allah di
alam. Allah bertindak sebagai angin untuk “menguakkan” (membelah) air
laut dan orang-orang Israel lolos dari orang Mesir (Kel. 14:21; 15:8).
“Angin” tidak hanya mengeringkan dan merusak sumber/mata air (Hos. 13:15)
tetapi juga mengumpulkan awan untuk memberikan hujan kepada tanaman (I
Raj. 18:45). Karena Allah adalah Roh yang menunjukkan dirinya sebagai
angin demikian juga dengan ch’i.
Ch’i, yang
adalah gerakan dari yin dan
yang, bertindak
melalui proses pendinginan (condensation)
dan penyebaran (dispersion)
di dalam membuat hujan dan melalui hujan ini, alam dipelihara, ditopang dan
kembali berproduksi. Demikianlah angin, sebagai gambaran Roh Kudus,
mendukung proses prokreasi, pemeliharaan, pembaruan dan transformasi.
Seperti angin, Roh Kudus memasuki semua benda/hal dan memberikan kepada mereka
energi dan kehidupan. Ch’i
sebagai Roh Kudus, adalah aktifitas yin
dan yang, yang
mana mengubah dan mentransformasikan segala sesuatu di dalam dunia.
Chi sebagai kekuatan Allah
Dari dua
gambaran ch’i di
atas yaitu sebagai nafas dan angin menunjukkan adanya kuasa atau kekuatan yang
menghidupkan dan menyembuhkan. Angin adalah simbol dari kekuatan/kuasa
kehidupan di dalam alam, sedangkan nafas adalah simbol dari kekuatan/kuasa di
dalam kehidupan. Angin dan nafas adalah kekuatan, karena mereka mewakili
dari gerakan yin
dan yang. Ch’i adalah esensi dari
semua kehidupan dan semua eksistensi, yang meliputi kehidupan sebaik bukan
kehidupan. Tanpa ch’i
kehidupan tidak ada.
Konsep ch’i juga menolong kita
untuk memahami implikasi kosmologi dari Roh Kudus dan kehadiran-Nya secara
inklusif di dalam seluruh keberadaan. Bumi adalah ‘a living organism’ karena ch’i di dasar dan langit
adalah hidup karena ch’i ada
di udara. Gambaran Roh Kudus sebagai ch’i
membantu kita dalam menegaskan kembali akan ide imanensi atau imanuel ilahi.
Dengan kehadiran Roh Kudus di tengah umat-Nya (imanen atau imanuel), maka Roh
Kudus memberikan kekuatan dan kuasa kepada kita untuk memberitakan Injil.
IV.
Tanggapan Penulis
Roh Kudus adalah sebuah pribadi yang dikirimkan oleh
Yesus setelah kenaikan-Nya kesorga Roh Kudus berfungsi sebagai penyampai karya
Yesus. Dengan bantuan Roh Kudus kita dimampukan untuk melakukan setiap
tugas-tugas yang belum terselesaikan diatas dunia. Roh Kudus dilihat sebagai
pribadi ketika Yesus diurapi. Roh Kudus yang di curahkan dalam diri manusia
adalah sebuah rahmat dari Allah. Dengan Roh Kudus kita juga dapat mengenal
Allah melalui: manusia berkenan pada Allah dalam Anak Allah melalui Roh Kudus.
Roh Kuduslah penolong kita untuk mengenal Allah.
Alkitab dengan jelas menceritakan akan keberadaan antara
Anak dan Roh, Anak memohon kepada Allah agar mengutus Roh bagi murid-muridNya (
Yoh 14:26 ) meskipun dalam Alkitab juga menjelaskan bahwa Anak juga akan
mengutus Roh yang datang dari Allah ( Yoh 15:26 ) tetapi setelah Anak pergi.
Namun dari hal ini haruslah diberikan pemahaman bahwa Kristus dan Roh tidak
dapat dipisahkan sebab pekerjaan Roh Kudus dicirikan oleh keesaanNya dengan
Kristus. Hubungan timbal balik antara Roh dan anak menjelaskan ketidak mampuan
untuk dipisahkan. Roh bersaksi tentang Anak ( Yoh 15:26; 16:14 ).
Dimana Roh bekerja disitu pulalah Roh Kristus diberitakan
dan dimuliakan. Dengan demikian Roh tidak dapat dibedakan sebab Roh Kudus
datang dari Kristus dan mau memimpin kita kepada Kristus. Kedudukan Allah yang paling tinggi memperlihatkan
wujud kasih-Nya terhadap dunia ini. Hubungan antara Allah, Anak dan Roh Kudus
mempunyai hubungan timbal balik. Bapa memiliki Anak, yang bertujuan memuliakan
Allah melalui Roh Kudus, dimana Roh akan bersaksi tentang Allah dan Yesus.
Kasih penyelamatan Allah atas dunia ini adalah bentuk inkarnasi Allah dalam
kepribadian-Nya yang terungkap melalui Anak dan Roh Kudus.
Dalam pemahaman gereja saat ini akan Roh kudus telah
memberikan makna baru. Roh Kudus tampil sebagai wakil Kristus” penghibur yang
lain ( penopang, penolong, penasehat dan pemberi semangat 2 Kor 3 : 18; Gal 5 : 22 ). Roh Kudus adalah
kuasa yang membangun. Di dalamNya Yesus Kristus memanggil orang menjadi anggota
umat-Nya dan percaya-Nya melalui Roh Kudus. Roh Kudus pulalah yang membangun
kekristenan di dunia sebagai tubuh-Nya dan dalam kuasa Roh Kudus itu pun Ia
mengembangkan, memelihara dan mengaturnya sebagai persekutuan orang-orang kudus
Dalam diri Yesus, Roh Kudus hadir untuk menguatkan Ia
mengubah manusia yang berdosa menjadi anggota-Nya. Manusia menantikan kehadiran
Roh penghibur dengan penuh harapan ketika Yesus meninggalkan manusia yang
berdosa itu. Roh Kudus adalah saksi dan
guru ( 1 Yoh 5:7;2:27 dst ), dengan Roh Kudus kita diyakinkan bahwa kita adalah
anak-anak Allah yang melalui perantaraan Yesus Kristus kita telah ditebus.
Kesaksian yang diberikan Roh adalah kesaksian dari Allah untuk mewujudkan
kasihnya atas seluruh ciptaan melalui pengorbanan anak-Nya Yesus Kristus.
Apakah tanda bahwa Roh senantiasa berada didekat kita yaitu ketika kita
mengakui bahwa kita pecaya kepada Yesus Kristus disitulah Roh Kudus telah
berkarya untuk menguatkan kita (1 Kor.
12:3).
Roh Kudus adalah Roh Ilahi, Ia adalah pribadi yang aktif,
Sang pelaksana dari Keallahan, yang menyampaikan tujuan Allah melalui kemuliaan
dan pujian, yang datang terlebih dahulu kepada Anak dan melalui Roh yang
melayani Anak sepanjang Anak di dunia. Setelah Anak pergi Roh diutus
sendiri untuk melaksanakan tugas yang
belum terselesaikan. Allah mewujudkan kasih-Nya melalui Anak dan Roh Kudus.
V.
Kesimpulan
Ø Kata roh yang kita ambil-alih
dari bahasa Arab ruch, adalah terjemahan dari bahasa Ibrani ruach dan kata Yunani pneuma. Pertama, kedua kata ini berarti
gerakan udara yang disebabkan oleh nafas. Karena itu, ruach dan pneuma dapat
diterjemahkan dengan ‘nafas’.
Ø Dalam Perjanjian Lama, dapat dilihat beberapa segi pekerjaan Roh, yaituPekerjaan Roh dalam penciptaan, Pekerjaan roh dalam melengkapi bagi
pelayanan, Pekerjaan Roh dalam mengilhami pada Nabi.
Ø Dalam
Perjanjian Baru, turunnya
Roh Kudus menandai mulainya suatu zaman Baru, suatu zaman kebenaran yang di
dalamnya kehendak Allah dilakukan.
Ø Roh Kudus dilihat sebagai rangkuman segala
anugerah Allah. Dialah karunia begitu saja, diberikan kepada siapa saja yang
meminta (Luk 11:13). Setiap orang yang beriman atau dibabtis memiliki Roh. Roh
Kudus dianugerahkan sebagai akibat langsung dari kepercayaan atau pembabtisan
Ø Roh Kudus akan menghasilkan buah-buah roh yang baik seperti: Tetapi
buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan,
kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Ini menjadi kebalikan
dari apa yang disebut Paulus sebagai
hidup di dalam daging dengan membuahkan percabulan, kecemaran, hawa nafsu,
penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah,
kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan,
pesta pora dan sebagainya.
Daftar
Pustaka
Abineno, J. L. Ch.
2007 Roh Kudus dan Pekerjaan-Nya, Jakarta (BPK Gunung Mulia).
Barth, C.
2005 Theologia
Perjanjian Lama 4, Jakarta (BPK Gunung Mulia).
Browning, W.R.F.
2007 Kamus Alkitab, Jakarta (BPK Gunung Mulia).
Davidson, Robert.
1986 Alkitab Berbicara, Jakarta (BPK
Gunung Mulia).
Dister, Nico Syukur.
2004 Teologi Sistematika 1, Yogyakarta (Kanisius).
Donald Guthrie,
1993 Teologi Perjanjian Baru II, Jakarta (BPK Gunung Mulia).
Douglas, J.D. (peny.),
2008 Ensiklopedi
Alkitab Masa Kini Jilid II, Jakarta (Yayasan Komunikasi Bina Kasih).
Four, Xavier Leon-Du.
1990 Ensiklopedi Perjanjian Baru, Yogyakarta (Kanisius).
Hadiwijono, Harun.
1984 Iman
Kristen, Jakarta (BPK Gunung Mulia).
Hinnels, John R. (ed.)
1995
A New Dictionary of Religions, USA
(Blackwell Publishers Ltd).
Junior, Barclay M. N.
2008 Kamus Yunani-Indonesia untuk Perjanjian Baru, Jakarta (BPK Gunung
Mulia).
Koch, Klaus.
1997 Kitab
yang Agung, Jakarta (BPK Gunung Mulia).
Lohse, Bernhard.
2008 Pengantar Sejarah Dogma Kristen, Jakarta (BPK Gunung Mulia).
Milne, Bruce.
2003 Mengenali Kebenaran, Jakarta (BPK Gunung Mulia).
Morris, Leon.
2001 Teologi Perjanjian
Baru, Malang (Gandum Mas).
Mowvley, Harry.
1998 Penuntun
ke dalam Nubuatan Perjanjian Lama, Jakarta (BPK Gunung Mulia).
Marxsen, Willi.
2003 Pengantar
Perjanjian Baru, Jakarta (BPK Gunung Mulia).
[1] J.
L. Ch. Abineno, Roh Kudus dan
Pekerjaan-Nya, BPK Gunung Mulia, Jakarta 2007: hlm. 5-7.
[2]
John R.Hinnels (ed.), A New Dictionary of
Religions, Blackwell Publishers Ltd, USA 1995: hlm. 492.
[3]
W.R.F. Browning, Kamus Alkitab, BPK Gunung Mulia, Jakarta 2007: hlm.
386.
[4]
Xavier Leon-Du Four, Ensiklopedi
Perjanjian Baru, Kanisius, Yogyakarta 1990: hlm.470.
[5] Ibid, hlm.471.
[6] Ibid, hlm.472.
[7] Harun
Hadiwijono, Iman Kristen, BPK Gunung
Mulia, Jakarta 1984: hlm. 131.
[9]
“Roh Kudus” dalam J.D. Douglas (peny.), Ensiklopedi
Alkitab Masa Kini Jilid II, Yayasan Komunikasi Bina Kasih, Jakarta 2008:
hlm. 318-319.
[10]
C. Barth, Theologia Perjanjian Lama 4, BPK
Gunung Mulia, Jakarta 2005: hlm.
102, 127.
[11]
Klaus Koch, Kitab yang Agung, BPK
Gunung Mulia, Jakarta 1997: hlm. 48.
[12]
Harry Mowvley, Penuntun ke dalam Nubuatan
Perjanjian Lama, BPK Gunung Mulia, Jakarta 1998: hlm. 27.
[13]
Robert Davidson, Alkitab Berbicara, BPK Gunung Mulia, Jakarta 1986: hlm. 7.
[15]
Nico Syukur Dister, Op.Cit., hlm. 252-253.
[18]
Leon Morris, Teologi Perjanjian Baru, Gandum Mas, Malang 2001: hlm.
265-271.
[19]
Nico Syukur Dister, Op. Cit.,
hlm.254-255.
[20]
bnd. Luk. 3:22 “dalam rupa jasmani”.
[21]
Donal Guthrie, Op. Cit., hlm.
163-164.
[22]
παρακλητος = Penolong, pengantara (menunjuk kepada Roh Kudus), (Lih. Barclay M.
N. Junior, Kamus Yunani-Indonesia untuk
Perjanjian Baru, BPK Gunung Mulia, Jakarta 2008: hlm. 124.
[23]
Lebih lanjut Nico Syukur Dister menuturkan tentang hal ini, bahwa baru setelah
Yesus pergi, roh bisa datang: “Jikalau Aku tidak pergi, Parakleitos itu tidak
akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu”
(Yoh. 16:7). Maksud Yesus ialah perutusan-Nya untuk menjelma menjadi manusia
itu harus dipenuhi seluruhnya supaya dapat dipandang dan dijelaskan dalam
kesatuan dan kedalamannya. Baru pada “saat” itu “seluruh kebenaran” tersedia
untuk “dinyatakan”, yaitu diartikan dan ditafsirkan. Maka baru sejak saat itu
pula kepercayaan para murid dapat menjadi penuh dan matang dalam pemahaman iman
yang pasca-Paskah. (Bnd. Nico Syukur Dister, Op. cit., hlm. 259.)
[24]
Nico Syukur Dister, Op. Cit., hlm.
265.
[25] Ibid., hlm. 264-268.
[26] Ibid.. hlm. 266.
[27]Sejalan
dengan itu, Donal Guthrie memaparkan bahwa peran Roh Kudus sebagai Introduktor
secara lebih eksplisit nampak dalam bimbingan setiap saat yang diberikan
oleh-Nya dalam kehidupan manusia. Paulus berkata bahwa semua orang yang disebut
anak-anak Allah dipimpin Roh Allah (Rm. 8:14). Oleh karena itu orang Kristen
dibimbing untuk berjalan dalam hidup yang baru (Rm. 6:4), di dalam kasih (Rm.
14:15; Ef. 5:2), menurut jalan yang ditentukan Allah (1 Kor. 7:17; Ef. 2:10;
4:1), karena iman (2 Kor. 5:7), sebagai anak-anak terang (Ef. 5:8), seperti
orang arif (Ef. 5:15; Kol. 4:5), di dalam Kristus (Kol. 2:6), sebagai yang
berkenan kepada Allah (1 Tes. 4:1). Bnd. Donal Guthrie, Op-cit., hlm. 194
[28]
Bnd. Willi Marxsen, Pengantar Perjanjian
Baru, BPK Gunung Mulia, Jakarta 2003: hlm. 47.
[29]
Xavier Leon-Du Four, Op. Cit., hlm.
268.
[30]
Nico Syukur Dister, Op. Cit., hlm.
269.
[31]
Nico Syukur Dister, Op. Cit., hlm.
270.
[32]
Bernhard Lohse, Pengantar Sejarah Dogma
Kristen, BPK Gunung Mulia, Jakarta 2008: hlm. 77-78.
[33] Nico
Syukur Dister, Op.Cit., hlm. 158-159.s
[34]
Ibid., hlm. 114-122.
[35]
J. L. Ch. Abineno, Op. cit., hlm.
72-73.
[36]
Ibid., hlm. 84.
[37]
Ibid., hlm. 86.
[38]
Ibid., hlm. 88-89.
[39] http://tobiong.wordpress.com/2009/06/26/ch%e2%80%99i-dan-roh-kudus-suatu-studi-pneumatologi-dalam-konteks-agama-tao/
dilihat pada tanggal 29 September 2011 pukul 20:00.http://supportartikel.blogspot.com/
No comments:
Post a Comment