Wednesday, March 1, 2017

PNEUMATOLOGI (Suatu Tinjauan Dogmatis terhadap Roh Kudus)

PNEUMATOLOGI
(Suatu Tinjauan Dogmatis terhadap Roh Kudus)

I.              Pendahuluan
Dalam Liturgi gereja seringkali terdengar kata “Di dalam Nama Bapa, Anak dan Roh Kudus, Amin.” Pernyataan ini merupakan rumusan Tritunggal yang menjelaskan tentang keilahian dari ketiga pribadi dalam Allah Tritunggal. Alkitab dengan jelas menyatakan Roh Kudus memiliki atribut-atribut ilahi dan mempunyai otoritas ilahi. Keilahian Roh Kudus secara umum diterima oleh gereja, dan keilahian Roh Kudus tidak terlalu diperdebatkan. Namun, sekitar abad ke-4 muncul pembahasan mengenai Roh Kudus yang diinspirasikan dari pendapat beberapa uskup yang akhirnya dibawa ke dalam konsili-konsili yang terjadi pada saat itu. Hingga saat ini pun, pemahaman akan Roh Kudus ini selalu tetap dibicarakan. Oleh karena itu, dalam sajian ini, penulis akan membahas tentang Roh Kudus serta peranan dan pemahaman Roh Kudus.
II.            Etimologi
Untuk mengetahui apa itu Roh Kudus dan bagaimana pekerjaan-Nya, perlu kita mengetahui dahulu arti kata roh. Kata roh yang kita ambil-alih dari bahasa Arab ruch, adalah terjemahan dari bahasa Ibrani ruach dan kata Yunani pneuma. Pertama, kedua kata ini berarti gerakan udara yang disebabkan oleh nafas. Karena itu, ruach dan pneuma dapat diterjemahkan dengan ‘nafas’. Atau dengan arti kiasan ‘nyawa’ dan ‘semangat’ (=prinsip atau kodrat yang memberikan kehidupan kepada tubuh). Kedua, kata ruach dan pneuma berarti gerakan udara yang disebabkan oleh angin. Karena itu kedua kata itu dapat diterjemahkan dengan ‘angin’: angin sepoi-sepoi, angin kencang, angin ribut, badai, topan, dan lain-lain.[1] Roh dapat juga diterjemahkan sebagai istilah yang umumnya digunakan untuk orang yang luar biasa (biasanya tak kelihatan). Roh juga disamakan dengan nafas atau angin yang tak kelihatan, mengandung kekuatan dan pemberi hidup, dan kesadaran.[2]
Dalam Perjanjian Baru, kata Yunani pneuma mempunyai arti luas. Roh itu datang dalam api dan penghukuman (Mat.3:11), roh datang atas murid-murid pada hari Pentakosta menyerupai api (Kis.2:3), tetapi kedengaran seperti angin. Dalam gabungan dengan kata sifat Kudus (Roh Kudus), yang dimaksud adalah Roh Allah.[3]
Dalam arti harafiah, kata Yunani pneuma berarti hembusan atau angin. Hembusan pernafasan manusia, saksi hidupnya, berasal dari Allah dan kembali kepada Allah bila manusia menghembuskan nafasnya terakhir; tetapi Allah dapat mengembalikannya kepada manusia, sebab ia kembali kepada Allah agar diterima oleh-Nya.[4] Roh orang beriman didiami oleh Roh Allah yang bersatu dengan manusia, agar ia mampu menyatakan doa sebagai putra Allah, agar ia bersatu dengan Tuhan sedemikian rupa sehingga menyatu menjadi seroh; dengan demikian manusia sungguh-sungguh diperbaharui.[5] Perjanjian Baru bicara tentang kegiatan Roh Allah dalam segi karismatik, peralihan, yang menjadi ciri khas PL. Roh datang kepada manusia, mengangkatnya, dan menjadikannya mampu menjalankan tindakan-tindakan luar biasa: untuk bicara sebagai nabi, untuk melakukan hal-hal ajaib. Maka kadang-kadang dikatakan bahwa orang-orang tertentu dipenuhi oleh Roh Kudus, dan disebut pula kebijaksanaan orang-orang rohani dan karisma-karisma yang dikaruniakan oleh Roh.[6]
III.           Pembahasan
a.            Roh Kudus dalam Perjanjian Lama
Definisi kata Roh dalam Perjanjian Lama berasal dari kata Ibrani ruah. Roh mempunyai beberapa arti, yang mana semuanya menunjuk kepada apa yang tidak terlihat oleh mata manusia dan yang membuktikan adanya daya atau tenaga aktif bekerja. Kata Ibrani dan Yunaninya digunakan untuk memaksudkan angin, daya hidup yang aktif dalam makhluk-makhluk di bumi, desakan dari hati nurani yang menentukan cara orang berbicara dan berprilaku, serta ucapan terilham yang berasal dari sumber yang tidak kelihatan.[7]
Kata Ruah merupakan daya kekuatan yang ditemukan di dalam angin serta nafas dan yang tidak kita ketahui dari mana dan kemana kekuatan itu. Nafas adalah angin dalam manusia, yaitu daya dan vitalitas yang terungkap dalam nafas. Selanjutnya, ruah juga menjadi sama artinya dengan nefesh, yakni jiwa dan nyawa, dan akhirnya berarti pula pusat kemauan dan tindakan manusia sehingga ruah menunjukkan juga ‘roh’ dalam arti berada dalam manusia sebagai ‘makhluk rohani’, yakni berakal budi. Dalam Perjanjian Lama, tidak ada ditemukan pertentangan roh dan daging seperti yang terdapat dalam Perjanjian Baru.[8]
Dalam Perjanjian Lama, dapat dilihat beberapa segi pekerjaan Roh, yaitu: [9]
a. Pekerjaan Roh dalam penciptaan
1. Roh melayang-layang diatas permukaan air, yaitu dalam Kejadian 1:2
2. Membentuk manusia, yaitu dalam Kejadian 2:7
3. Mencerahkan langit, yaitu dalam Ayub 26:13
4. Memelihara kehidupan binatang dan
5. membaharui permukaan bumi, yaitu dalam Mazmur 104:30.
Roh itulah Ruakh {nafas/angin} Allah, tenaga dan kekuatan Allah, azas dari kehidupan manusia dalam segala seginya. Manusia – roh, jiwa dan tubuh – terbuka bagi kuasa Roh Allah, belajar mencerminkan Allah. Roh manusia adalah ‘pelita Tuhan’ bila berada dalam Roh Tuhan (Amsal 20:27).Bila roh manusia mempunyai hubungan yang benar dengan Roh Allah, maka ia memenuhi kehendak Tuhan atas dirinya. (Dalam Perjanjian Lama manusia mempunyai roh atau roh adalah sinonim dari ia mempunyai ‘hati’ atau ia adalah pribadi). Sayang, karena dosa, manusia membuat dirinya menjadi pusat hidupnya. Dalam keadaan ini ia merukas pribadinya sendiri, tidak menghormati Allah dan menghinakan RohNya. Tapi bila kepribadiannya berpusat pada Roh Allah maka ia mempermuliakan Allah.

b. Pekerjaan roh dalam melengkapi bagi pelayanan.  
Roh datang pada orang yang dipilih Allah untuk tugas tertentu dan menganugerahkan kecakapan untuk mengemban tugas itu, misalnya :
1. Keahlian, yaitu dalam Keluaran 31:3
2. Kepemimpinan, yaitu dalam Hakim-hakim 3:10
3. Kekuatan badani, yaitu dalam Hakim-hakim 14:6.
c.    Pekerjaan Roh dalam mengilhami pada Nabi.
Ada kalanya ada sekelompok orang yang fanatik mengatakan diri digerakkan oleh Roh untuk melakukan hal-hal bagi orang-orang lain dengan sesuatu yang berlebihan. Dilain-pihak ada sekelompok orang lain yang sangat berhati-hati dan lebih mengerti perihal rohani. Akibatnya kelompok ini cenderung memisahkan diri dari kelompok fanatik itu, dan tidak begitu gampang menyebut diri didiami oleh Roh. Sementara itu ada nabi yang sungguh-sungguh menyadari peranan dan pengaruh Roh. Karya Roh dipandang tinggi bobotnya dalam wujud moral, sedangkan kemungkinan bergerak secara spontan dalam hal-hal rohani dan kebebasan melampaui kebiasaan diakui.
          i.    Pendapat Para Ahli Mengenai Roh di Dalam Perjanjian Lama
Chr. Barth mengatakan bahwa di dalam Perjanjian Lama terdapat  Roh  yang yang berasal dari Allah, yang turun ke dalam persekutuan umat Allah, yang dapat diterima oleh orang yang ditunjuk oleh Allah sesuai dengan kehendak Allah, contohnya kepada nabi. Sehingga dengan hadirnya Roh Kudus tersebut maka orang-orang dapat saling membina, melengkapi dan mengembangkan, hal inilah yang menjadi cita-cita yang meudian terpendam dan baru muncul lagi dalam umat Kristen pertama[10]
Klaus Koch mengatakan bahwa Roh Yahweh adalah roh yang hinggap pada seorang penguasa. Karena dia melihat bahwa menurut keyakinan Israel ada suatu kekuatan yang jatuh dari langit, yang memberi kekuatan luar biasa pada alam atau manusia. Kekuatan itu dikarenakan Roh Allah yang berdiam pada orang yang menjadi penguasa tersebut. Sehingga orang yang menerima Roh Yahweh itu akan menjadi penghubung atau perantara antara manusia dengan Allah.[11]
Harry Mowvley mengatakan bahwa kata Ibrani untuk roh juga berarti “angin” dan ini tampaknya berhubungan dengan sesuatu yang tidak dapat diketahui sebelumnya (bnd. Yoh. 3:8), roh inilah yang diberikan oleh Allah kepada nabi  sehingga nabi memiliki kuasa. Karena roh inilah maka Firman Allah yang disampaikan oleh para nabi bukan menjadi perkataan yang mati, bukan menjadi sekedar pemaparan atas sesuaty yang mereka percaya terjadi. Firman itu adalah perkataan Yahweh yang disampaikan oleh roh.[12]
Robert Davidson menerangkan bahwa: “Roh Allah adalah Allah sendiri yang dengan kuasa-kuasa sedang bertindak di dalam dunia. Roh yang sama pada mulanya “melayang-layang di atas permukaan air” (Kej. 1:1) untuk menerbitkan ketertiban dari dalam kekacauan dan sampai sekarang masih terus bekerja membaharui karunia, berupa kehidupan pada segala mahluk hidup.”Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Roh mengadakan penataan untuk menjadikan segala sesuatu harmonis (Ayub 26:13;Yesaya 40:12,13), dan Ia juga memberikan kehidupan (Maz 33:6;104:30).[13]

b.            Roh dalam Perjanjian Baru
          i.    Menurut Injil Sinoptik dan Kisah Para Rasul
a.    Injil Markus dan Matius
Dalam Perjanjian Baru Roh sebagai pemimpin ke dalam Wahyu Allah dalam Yesus Kristus. Dalam Perjanjian Baru ini umat Kristen purba mengungkapkan pengalamannya tentang Roh Kudus, mereka sudah berkenalan dengan-Nya di dalam praktis kehidupan sebagai murid Kristus yang mau mengikuti jejak Yesus. Pandangan tentang Roh Kudus yang paling dekat dengan Perjanjian Baru terdapat dalam injil Markus dan Matius, namun Injil Lukas memuat lebih banyak bahan tentang Roh Kudus dari Injil Matius dan Markus. Lukas lebih sering berbicara tentang Roh Kudus dari pada kedua injil ini, sampai-sampai ada yang menjuluki injil Lukas dan Kisah Para Rasul sebagai “Injil Roh Kudus”.[14]
Injil Matius dan Markus melihat Roh Kudus sebagai daya kekuatan Allah. Daya Ilahi ini ada pada Yesus, dan dengan “ kuasa roh Allah”Itulah Yesus mengusir setan dan memaklumkan menyingsingnya fajar kerajaan Allah. Dalam markus 1:8, di mana yohanes pembaptis berkata “ aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia akan membaptis kamu dengan Roh kudus”. Dicurahkannya Roh Kudus atas jemaat Kristen perdana telah memenuhi perkataan sang pembaptis tadi. Dengan mengambil bagian dalam Roh, umat Yesus mengantisipasi penyelamatan dari penghakiman Eskatologis.
Allah sendiri menjumpai manusia melalui Yesus dengan cara yang unik, karena Yesus lah sang Nabi Eskatologis. Demikianlah keyakinan beriman pengarang injil Matius dan  Markus. Keyakinan ini mereka ungkapkan dengan menunjukkan bagaimana Roh Allah berkarya dalam perkataan dan perbuatan Yesus. Matius dan Markus berbicara tentang Roh Kudus dalam rangka kesaksian mereka mengenai Yesus sang Kristus. Maka pernyataan Pneumatologi dalam kedua injil ini terarah kepada Kristologi dan diabdikan kepadanya.[15]
Penerimaan Roh Kudus oleh Kristus terlihat paling jelas saat baptisan-Nya. Peran Roh Kudus dimulai pada waktu pembuahan dan kelahiran Yesus dan diteruskan selama pelayanan-Nya (Mat 4 : 1 ; 12:28). Hal ini sama sekali tidak mengurangi keillahian Yesus. Manusia dapat melihat ketergantungan Yesus kepada Roh kudus sebagai contoh atau panutan bagi ketergantungan manusia kepada-Nya.[16]  Pembaptisan Yesus dapat dianggap sebagai permulaan pelayanan-Nya di depan umum, maka tidak mengherankan bila semua penulis Sinoptik memberi perhatian kepada-Nya. Mereka semua menyebut Roh Kudus turun bagaikan merpati atas-Nya, sebagai pendahuluan kepada suara dari sorga yang mengajak manusia agar mendengar suara-Nya ( Mat 3:16 ; Mrk 1 : 10). Turunnya Roh Kudus menandai mulainya suatu zaman Baru, suatu zaman kebenaran yang di dalamnya kehendak Allah dilakukan. Peranan roh dalam pelantikan Mesias ini di depan umum bermakna dalam hal dimeteraikannya suatu materi ilahi atas misi Yesus.[17]
b.    Injil Lukas dan Kisah Para Rasul
Dalam tulisan-tulisan Paulus dapat dilihat bahwa orang Kristen mula-mula memiliki pandangan tersendiri mengenai karya Roh Kudus. Orang-orang kristen menyadari bahwa Roh Allah turun ke atas semua orang beriman. Kalau orang penyembah berhala berpendapat bahwa kehadiran roh ilahi dapat dikenal dari berbagai bentuk tingkah laku Ekstatis (Kepenuhan Roh) namun orang Kristen mengenali kehadiran-Nya dari buah-buah-Nya dalam tingkah laku moral.[18]
Yesus dan Roh Kudus
Hubungan antara Roh dan Yesus, dapat diamati bahwa dalam karangan Lukas bahwa Yesus sejak semula memiliki Roh Kudus (Luk 1:35) dan sesudah dimuliakan Allah Bapa yang membangkitkan-Nya, Yesus menjadi pemberi Roh itu juga kepada jemaat-Nya (Kis. 2:33). Bila dalam Perjanjian Lama para nabi dibawa, disuruh dan dirasuki oleh Roh, dalam karangan Lukas Yesuslah yang membawa, menyatakan dan mengutus Roh.[19] 
Ada beberapa pernyataan yang menghubungkan Roh Kudus dengan Yesus, khususnya pada bagian awal Injil Lukas. Malaikat Gabriel menjelaskan kepada Maria bagaimana ucapan-ucapannya akan digenapi: Roh Kudus … (Luk. 1:35). Ini berarti, Roh Kudus mempunyai peranan penting dalam mewujudkan inkarnasi. Roh ada pada Yesus setiap saat dan seluruh pelayanan-Nya merupakan buah kehadiran Roh. Pada kenyataannya, menjelang akhir pelayanan-Nya di dunia ini, tepat sebelum kenaikan-Nya, Yesus memberikan perintah kepada para Rasul “oleh Roh Kudus” (Kis. 1:2). Allah dalam Kristus telah menganugerahkan Roh Kudus kepada orang-orang yang percaya kepada-Nya dan anugerah Roh Kudus ini merupakan perlengkapan yang diperlukan untuk pelayanan Kristen.
Lukas berpandangan hubungan antara Roh dan Gereja sebagai berikut: berkat perantaraan Yesus, gereja pun memperoleh Roh Kudus (Luk 24:49; Kis 2:33). Gereja tidak “demi kodratnya” memiliki Roh, tetapi hanya sebagai anugerah (Kis 2:38). Hal ini terlihat dari kenyataan bahwa pada saat jemaat sedang susah atau sebenarnya gagal, mereka berdoa memohon keberanian dan kekuatan, lalu Allah memberikan Roh-Nya (bdk. Kis 4:29-31). Pada zaman gereja, karya Yesus diteruskan oleh Roh Kudus yang mengarahkan kepada tujuan yang dikehendaki Allah (Kis 8:29; 9:31.39; 11:13; 17:7).
Lukas melihat Roh Kudus sebagai rangkuman segala anugerah Allah. Dialah karunia begitu saja, diberikan kepada siapa saja yang meminta (Luk 11:13). Setiap orang yang beriman atau dibabtis memiliki Roh. Roh Kudus dianugerahkan sebagai akibat langsung dari kepercayaan atau pembabtisan (Kis 2:4; 4:31; 8:15; 10:44; 11:15; 13:52; 19:6). Bagi Lukas yang terpenting bukan lagi tindakan dan penampakan Roh Kudus pada kesempatan tertentu, melainkan gereja. Dalam gereja sebagai umat Allah genaplah apa yang dijanjikan dahulu tentang Roh yang akan dicurahkan. Kepada gereja keseluruhan Roh itu diberikan (bdk. Kis 1:8; 2:4.38). Adanya gereja dan karya Roh tidak dipisah-pisahkan karena gereja adalah peristiwa Roh Kudus. Lukas memandang Roh bersifat hidup dan aktif, sebagai oknum yang kehadiran-Nya menerangi dan membangkitkan semangat jemaat. Mengaburkan atau megabaikan ajaran ini berarti tidak menangkap satu-satunya hal yang membuat jemaat Allah mampu melakukan pekerjaan yang menjadi panggilannya dan mampu menjadi jemaat sebagaimana mestinya. 
3.2.1.   Menurut Tulisan Yohanes dan Paulus
a.    Menurut Tulisan Yohanes
Roh Pada waktu pembaptisan
Apa yang dituliskan dalam Injil Yohanes berbeda dengan laporan Sinoptik mengenai pembaptisan Yesus dalam hal bahwa Yohanes menaruh perhatian kepada reaksi si Pembaptis (Yoh. 1:29-34). Menurut Injil Yohanes, Yohanes Pembaptis menegaskan bahwa ia “melihat Roh turun seperti merpati” atas Yesus. Merpati itu persis parallel dengan laporan Injil Sinoptik. Kata kerja yang dipakai Yohanes untuk “melihat” (theasthai) tak dapat ditafsirkan seolah-olah menunjuk kepada suatu penglihatan (visi), karena kata kerja itu harus disusul dengan sebutan sesuatu yang nyata.[20]
Fungsi-Fungsi Roh
Dalam Teologi Perjanjian Baru 2, Donal Guthrie menuturkan sedikitnya ada 6 fungsi Roh menurut kesaksian Injil Yohanes, yaitu:[21]
1.    Fungsi utama-Nya ialah memuliakan Kristus (Yoh. 16:14). Roh senantiasa menyangkal diri, tak pernah berbicara berdasarkan kewibawaan-Nya sendiri (ay. 13). Ia tidak mencari kemuliaan sendiri, hanya kemuliaan Kristus.
2.    Berhubungan erat dengan hal ini ialah fungsi Roh yang memampukan orang-orang percaya untuk bersaksi tentang Kristus (Yoh. 15:26). Roh memberi kesaksian tentang Kristus, dan orang-orang percaya melalui roh yang sama memberi kesaksian tentang Kristus yang sama. Karena hanya melalui kesaksian kepada orang lainlah, Jemaat dapat mengembangkan gerakan missionernya, maka ada kaitan langsung antara pernyataan ini dengan pengalaman-pengalaman dalam Kitab Kisah Para Rasul. Tanpa Roh, kesaksian tentang Kristus takkan pernah menyebar.
3.    Jemaat harus memberitakan Injil. Karena itu janji bahwa Roh akan diberikan kelak menjadi sangat penting, bukan hanya dalam rangka mengemban kesaksian tentang Kristus, melainkan juga untuk mengingat dan memahami pengajaran-Nya. Dalam hubungan ini Yohanes 14:26 menjadi istimewa penting: “Dialah (Roh) yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu”. Di sini terlihat adanya kaitan langsung antara “segala sesuatu” dan “semua yang telah Kukatakan kepadamu”. Jika demikian maka yang dimaksud di sini ialah tradisi otentik tentang pengajaran Yesus. Pemeliharaan tradisi yang tak ternilai harganya ini bukanlah dibiarkan terjadi sembarangan saja. Roh telah menjadi penjaga kebenaran. Janji itu mempunyai arti bagi sejarah kanon pada periode selanjutnya, sedikitnya menyangkut kitab-kitab Injil. Tradisi tidaklah berkembang tanpa kendali, seperti diduga beberapa ahli, melainkan di bawah pimpinan Roh. Layak diingat bahwa di sini terdapat kesejajaran tertentu dengan amanat terakhir dalam Injil Matius; para murid harus mengajar orang untuk memelihara semua yang diperintahkan Kristus kepada mereka (Mat. 28:20).
4.    Roh Kudus memimpin, teristimewa ke dalam seluruh kebenaran (Yoh. 16:13). Ini mirip dengan janji yang terdahulu, walaupun merupakan perluasannya. “Semua kebenaran” mencakup pemahaman yang berkembang tentang arti misi Yesus, makna kematian dan kebangkitan-Nya, dan penerapan iman yang baru ditetapkan itu ke dalam kehidupan. Janji tuntunan ke dalam seluruh kebenaran inilah yang menjelaskan asal-usul kewibawaan para surat rasuli. Sekali lagi, Roh akan mencegah perkembangan yang sembarangan dan menjamin pemeliharaan kebenaran.
5.    Masih ada satu lagi aspek pekerjaan Roh dalam memberi penyataan, yaitu mengenai masa depan (Yoh. 16:13). Ungkapan yang sangat umum, “hal-hal yang akan datang”, yang akan dinyatakan Roh itu cukup luas untuk mencakup semua pengajaran tentang hal-hal yang terakhir dalam surat-surat dan kitab Wahyu. Dengan demikian berarti Yohanes berada di dalam Roh tatkala ia diperintahkan untuk menuliskan sebuah kitab apa yang ia lihat dalam wahyu.
6.    Semua fungsi Roh yang disebut di atas berhubungan dengan orang percaya, tetapi Yohanes 16:8-11 berbicara tentang parakleitos[22] dalam dunia, walaupun peranan ini pun baru terjadi melalui perantaraan orang-orang percaya. Nas ini menubuatkan pekerjaan Roh dalam hal meyakinkan atau menginsafkan. Dunia akan diinsafkan mengenai dosa, kebenaran dan penghakiman, dan juga ditambahkan penjelasan untuk memastikan bahwa ketiga aspek itu dipahami dengan benar. Dosa di sini ialah ketidakpercayaan kepada Yesus. Roh memuliakan Kristus dan juga menaruh perhatian kepada penolakan manusia untuk memuliakan Kristus dengan cara tidak percaya kepada-Nya. Kebenaran juga diterangkan dalam hubungan dengan Kristus.[23]
b.    Menurut Tulisan Paulus
Di antara teologi biblis tentang Roh Kudus, teologi Paulus paling kaya dan beragam. Paulus mengungkapkan bahwa Bapa menunjukkan kepada kita kasih-Nya yang tak terlampaui dengan menyerahkan Anak-Nya (Rm. 8:32, 39) sampai pada salib – pusat dan titik balik seluruh pewartaan Paulus (1 Kor. 1; Flp. 2:8) –.  Dan salib berarti: “dibuat menjadi dosa karena kita” (2 Kor. 5:21; Rm. 8:3). Kebenaran ini mencakup segala sesuatu. Paulus tidak hanya mewartakannya, tetapi juga hidup sendiri di tengah dan di dalamnya, yaitu sejauh ia telah menjadi penyerahan kebapaan melulu demi orang-orangnya, semata-mata keikutsertaan dalam derita dengan Sang Putra, dan dimampukan untuk menjadi demikian karena “kasih Allah telah dicurahkan dalam hati kita oleh Roh Kudus” (Rm. 5:5). Sorotan kasih ini membuatnya berkeyakinan bahwa kebangkitan serta kemuliaannya (doxa) tak terpisahkan dari salib; bahwa kelemahan pada salib (2 Kor. 13:4) secara niscaya bermuara dalam kekuatan (dynamis) kebangkitan. Melalui kebangkitan-Nya yang dipandang Paulus secara khusus sebagai karya Roh Allah (Rm. 1:4; 8:11).[24]
Mengikuti Kristus ini hanya dapat berarti bahwa kita oleh Roh yang dikaruniakan kepada kita sebagai “jaminan” (2 Kor. 5:5) yang “datang dari Tuhan”, makin lama makin “diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya” (2 Kor. 3:18). Berkat dicurahkannya Roh Kudus di dalam hati kita, berkat “dibaptisnya” kita (1 Kor. 12:13) dalam Roh itu maka sampailah kita baik kepada pemahaman kebenaran ilahi maupun kepada kehidupan di dalamnya.
Selanjutnya, Nico Syukur Dister mengungkapkan beberapa hal tentang Roh Kudus sesuai kesaksian surat-surat Paulus sebagai berikut:[25]
1.    Berhubung dengan pemahaman, jelaslah bahwa Roh Kudus memperlihatkan diri sebagai Interpretator. Pemahaman ini tidak terlepas dari keputusan untuk melalui pembaptisan yang merupakan karya Roh, membuka diri bagi penerangan oleh Roh itu juga. Kepada orang beriman yang telah dibaptis, Paulus memberitakan “hikmat yang bukan dari dunia ini” yaitu bahwa “tidak ada orang yang tahu, apa yang terdapat dalam diri Allah selain Roh Allah”; dan bahwa “kita tidak menerima roh dunia, tetapi Roh yang berasal dari Allah, supaya kita tahu apa yang dikaruniakan Allah kepada kita”. Apa yang tersembunyi di dalam Allah, rahasia Allah, itu kita wartakan bukan dengan perkataan hikmat manusia, melainkan sebagaimana “diajarkan oleh Roh” (1 Kor. 2:5-13).[26]
2.    Roh juga berperan sebagai “Introduktor” ke dalam hidup menurut kebenaran. Cara hidup semacam itulah yang akan memperdalam dan mematangkan pemahaman yang sebenarnya, yakni Jikalau seseorang dengan mengikuti Kristus secara sungguh-sungguh “mengikatkan diri pada Tuhan, ia menjadi satu roh dengan Dia” (1 Kor. 6:17), sebab “jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus” (Rm. 8:9). Kristus memberikan diri-Nya kepada kita melalui dan di dalam Roh-Nya.[27]
3.    Dalam pesan etikanya kepada jemaat di Galatia, Paulus mengungkapkan bahwa Roh Kudus akan menghasilkan buah-buah roh yang baik seperti: Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Ini menjadi kebalikan dari  apa yang disebut Paulus sebagai hidup di dalam daging dengan membuahkan percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya.[28]
Yang paling hakiki dalam ajaran Paulus tentang Roh Kudus ialah interpretasi yang dibuat oleh Roh mengenai wahyu Allah dalam Kristus. Roh menafsirkan wahyu itu dalam sabda nubuat, tetapi lebih-lebih dalam seluruh eksistensi orang beriman sebagaimana secara teladan menjadi jelas dalam eksistensi Paulus sendiri: “Aku menasihatkan kamu: turutilah teladanku!” (1 Kor. 4:16), “sama seperti aku menjadi pengikut Kristus” (1 Kor. 11:1; Flp. 3:17), khususnya di mana kesusahan harus dikaitkan dengan “sukacita yang dikerjakan oleh Roh Kudus” (1 Tes. 1:6). Masing-masing orang beriman seharusnya menjadi teladan baik bagi sesamanya maupun bagi jemaat seluruhnya, sebab Roh Kudus mengajar kesempurnaan baik dalam orang perorangan maupun dalam Gereja seluruhnya.[29]
3.3.    Roh Kudus menurut para Bapa-bapa Gereja
Ø  Ireneus
Ireneus mengatakan bahwa, Roh Kudus adalah Dia yang melalui-Nya para nabi telah bernubuat, para bapa menangkap apa yang menyangkut Allah, orang-orang yang benar dipimpin di jalan kebenaran; dan pada akhir zaman Roh itu akan dicurahkan secara baru untuk memperbarui manusia di seantero dunia di hadapan Allah.[30]
Ø  Tertullianus
Menurut Tertullianus, Roh keluar a Patre per Filium (dari Bapa melalui Putra). Dia menuliskan bahwa, Roh itu yang ketiga, Ia (datang) dari Allah dan Putra, sama seperti buah dari batang pohin adalah yang ketiga (dengan berpangkal) dari akar, atau seperti aliran sungai yang ketiga (kalau mulai) dari mata air, ataupun titik cahaya dari sinar adalah yang ketiga (yang bertolak) dari matahari.[31]
Ø  Athanasius
Athanasius menekankan, bahwa menurut kesaksian Alkitab, Roh Kudus bukanlah sesuatu yang merupakan hakikat makhlukiah, tetapi termasuk pada Allah dan satu dengan ke-Allah-an, yaitu Trinitatis. Roh Kudus menurut Athanasius berasal dari Allah. Ia melimpahkan pengudusan dan bahkan kehidupan itu sendiri. Roh Kudus itu kekal, maha ada, dan satu, sedangkan ciptaan bersifat fana, tergantung pada waktu dan tempat dan banyak. Melalui Roh Kudus kita ambil bagian dalam Allah. Athanasius menyimpulkan bahwa Roh Kudus juga adalah Allah dan secara khusus Athanasius juga menekankan hubungan Roh dan Anak. Sebagaimana pentingnya mencapai pengetahuan tentang Roh melalui Anak, demikian jugalah Roh tidak dapat dilepaskan dari Anak. Ia adalah Roh dari Anak itu, yang diutus oleh Anak. Segala sesuatu yang termasuk pada Roh juga termasuk pada Anak.[32]
Ø  Augustinus
Menurut Augustinus, Roh Kudus memiliki ciri khas yaitu, Sang Roh merupakan pemberian timbal balik antara Bapa dan Putra, ikatan cinta kasih mereka itu yang mempersatukan keduanya. Augustinus menulis, Roh Kudus boleh dikatakan suatu persekutuan tak terperikan antara Bapa dan Putra. Nama-Nya mungkin diperoleh-Nya dari kenyataan bahwa nama itu bisa juga diterapkan kepada Bapa dan Putra. Sebab sebutan yang ada pada Dia diterapkan dalam arti yang sebenarnya, berlaku bagi Kedua Yang Lain sebagai sebutan umum. Bukankah Bapa pun ‘Roh’, bukankan Putra juga ‘Roh’? Begitu pula Bapa itu ‘Kudus’ dan Putra juga ‘Kudus’. Jadi, untuk memakai suatu nama yang dimimliki bersama oleh Bapa dan Putra, dan oleh karena itu dapat menunjukkan Roh Kudus sebagai persekutuan dari keduanya, maka pemberian mereka berdua dinamakan Roh Kudus.[33]
3.4.    Roh Kudus dan Penggenapan[34]
Kristus, Roh Kudus dan penggenapan erat berhubungan. Kesaksian ini penuh dalam kitab Suci, khususnya dalam PB. Salah satu di antaranya ialah 1Kor 15:20 dimana dikatakan bahwa Kristus adalah’buah sulung’ dari panen masa depan, tetapi Roh Kudus juga (Roma8:23). Malahan dalam bagian lain dari Kitab Suci, Roh Kudus disebut dengan istilah arrabon yang diambil alih dari dunia perdagangan, dan yang berarti: ‘jaminan atau uang muka’ atau ‘periode pertama’ dari masa depan (2Kor.1:22, Ef.1:14).
Dalam pekerjaan Roh Kudus penggenapan mulai berlangsung, contohnya yang terdapat di dalam Rm.6:3-4, Ef.2:4-7, Kol.2:12. Menurut nas-nas ini kita, dalam percaya dan dalam baptisan, dimasukkan oleh Roh Kudus dalam karya penyelamatan Kristus: kita mati bersama-sama dengan Dia dan bangkit bersama-sama dengan Dia, kita ditempatkan bersama-sama dengan Dia dalam kemuliaan-Nya di sorga, dipilih sebagai sesamanya, pewaris dan diterima sebagai anak-anak Allah.
Roh Kudus membuat kita mengarahkan pandangan dengan penuh harapan ke masa penggenapan. Kesaksian ini merupakan perbedaan yang esensial antara apa yang biasa kita sebut pengharapan manusiawi dan pengharapan yang dikerjakan oleh Roh Kudus di dalam kita. Selain itu, isi pekerjaan Roh Kudus sama dengan isi penggenapan. Apa yang kini dan di sini (di dunia) kita peroleh dari Roh Kudus secara mendasar sama dengan apa yang akan kita peroleh di masa depan. Dan apa yang kita peroleh kini dan di sini dari Roh Kudus? Menurut kesaksian Kitab Suci: pengampunan, kelahiran kembali, di tempat lain kita sebut: pembenaran dan pengudusan atau pembaruan, keselamatan. Semuanya ini telah dimulai. Sebagai lanjutan dari itu penggenapan berarti bahwa Tuhan Allah akan menjadi semua di dalam semua dan karena itu, seluruh eksistensi kita dan seluruh kosmos akan diubah menurut gambar Kristus.
3.5.    Roh Kudus dan Kekudusan Umat Percaya
Anggota-anggota jemaat sebagai pribadi mempunyai tempat yang penting dalam pekerjaan Roh Kudus. Tugas kita ialah: merenungkan dan merumuskan hal itu dalam hubungannya yang benar bagi gereja-gereja kita. Tetapi untuk dapat mengerjakan hal itu kita harus mengetahui dulu apa yang dimaksudkan dengan pekerjaan Roh Kudus dalam hidup (diri) anggota-anggota jemaat, termasuk pengudusan (1 Kor. 1:30; 2 Tes. 2:13; 1 Ptr. 1:2; bnd. Rm. 6:19-22; 1 Tes. 4:3-4, dll.).[35]
Kata pengudusan adalah – terjemahan  dari kata Yunani hagiasmos – suatu kiasan yang menyatakan realitas dari buah dalam percaya kepada Kristus. Sesuai dengan hal itu, teologi sistematika berkata-kata tentang dua macam pengudusan, yaitu pengudusan yang mutlak dan pengudusan yang relatif.
Yang dimaksud dengan pengudusan yang mutlak ialah pengudusan yang serempak berlangsung dengan pembenaran. Oleh percaya kepada Kristus, yang adalah kebenaran dan pengudusan kita (1 Kor. 1:30), kita yang dibenarkan adalah benar-benar orang-orang yang dikuduskan, orang-orang yang benar-benar dilahirkan kembali. Pengudusan kita bukanlah suatu cita-cita yang harus kita kejar dan coba laksanakan, tetapi suatu realitas, suatu kenyataan. Dalam Kristus kita adalah benar-benar orang-orang kudus.[36]
Tetapi pengudusan itu bukan hanya untuk diri kita sendiri Pengudusan itu adalah suatu pemberian, yang harus kita teruskan kepada orang lain. Dikuduskan, artinya diasingkan untuk dipakai sebagai alat dalam karya penyelamatan Allah. Karena itu pengudusan yang mutlak tadi harus menyatakan dirinya dalam pengudusan yang relatif. Harus ada tanda yang menyatakan bahwa kita tergolong pada jemaat yang telah dikuduskan oleh Allah dalam Kristus. Itulah sebabnya, para Rasul tidak henti-hentinya membangun (=mengajak) anggota jemaat yang telah dikuduskan untuk hidup dalam kekudusan, bukan supaya mereka beroleh “pahala” dari Tuhan Allah, tetapi sebagai pengucapan syukur kepada-Nya atas kasih karunia-Nya.[37]
Pengudusan umat adalah suatu realitas dari mati dan bangkitnya umat bersama-sama dengan Kristus. Sebab dikuduskan berarti: menerima, bahwa hidup yang lama dengan segala dosanya telah dimusnahkan oleh Kristus dan bergumul dengan diri sendiri untuk mematikan apa yang telah dimusnahkan oleh Kristus itu. Di situ Paulus mengatakan bahwa dalam diri anggota jemaat terus berlangsung suatu pekerjaan antara 2 kuasa yang bertentangan: antara Roh Kudus dan “daging” yaitu hidup manusia yang berdosa dengan segala keangkuhan dan keinginannya. Dalam perjuangan ini  Roh Kudus kerap kali tampaknya seperti kalah: kita tidak melakukan apa yang tidak kita kehendaki. Tetapi kalau kita melihat kepada Kristus yang telah bangkit, kita terus berjuang dan terus berusaha mengungkapkan keinginan kita dalam perkataan dan perbuatan kita untuk hidup sesuai dengan panggilan kita dalam kekuatan Allah.[38]
3.6.    Roh Kudus dalam Agama Tao[39]
Chi sebagai angin
Selain ch’i sebagai nafas Allah, ch’i juga dapat berarti angin.  Angin digambarkan sebagai presentasi dari kekuatan Allah di alam.  Allah bertindak sebagai angin untuk “menguakkan” (membelah) air laut dan orang-orang Israel lolos dari orang Mesir (Kel. 14:21; 15:8).  “Angin” tidak hanya mengeringkan dan merusak sumber/mata air (Hos. 13:15) tetapi juga mengumpulkan awan untuk memberikan hujan kepada tanaman  (I Raj. 18:45).  Karena Allah adalah Roh yang menunjukkan dirinya sebagai angin demikian juga dengan ch’iCh’i, yang adalah gerakan dari yin dan yang, bertindak melalui proses pendinginan (condensation) dan penyebaran (dispersion) di dalam membuat hujan dan melalui hujan ini, alam dipelihara, ditopang dan kembali berproduksi.  Demikianlah angin, sebagai gambaran Roh Kudus, mendukung proses prokreasi, pemeliharaan, pembaruan dan transformasi.  Seperti angin, Roh Kudus memasuki semua benda/hal dan memberikan kepada mereka energi dan kehidupan.  Ch’i sebagai Roh Kudus, adalah aktifitas yin dan yang, yang mana mengubah dan mentransformasikan segala sesuatu di dalam dunia.
Chi sebagai kekuatan Allah
Dari dua gambaran ch’i di atas yaitu sebagai nafas dan angin menunjukkan adanya kuasa atau kekuatan yang menghidupkan dan menyembuhkan.  Angin adalah simbol dari kekuatan/kuasa kehidupan di dalam alam, sedangkan nafas adalah simbol dari kekuatan/kuasa di dalam kehidupan.  Angin dan nafas adalah kekuatan, karena mereka mewakili dari gerakan yin dan yang. Ch’i adalah esensi dari semua kehidupan dan semua eksistensi, yang meliputi kehidupan sebaik bukan kehidupan.  Tanpa ch’i kehidupan tidak ada.
Konsep ch’i juga menolong kita untuk memahami implikasi kosmologi dari Roh Kudus dan kehadiran-Nya secara inklusif di dalam seluruh keberadaan.  Bumi adalah ‘a living organism’ karena ch’i di dasar dan langit adalah hidup karena ch’i ada di udara.  Gambaran Roh Kudus sebagai ch’i membantu kita dalam menegaskan kembali akan ide imanensi atau imanuel ilahi. Dengan kehadiran Roh Kudus di tengah umat-Nya (imanen atau imanuel), maka Roh Kudus memberikan kekuatan dan kuasa kepada kita untuk memberitakan Injil.

IV.          Tanggapan Penulis
Roh Kudus adalah sebuah pribadi yang dikirimkan oleh Yesus setelah kenaikan-Nya kesorga Roh Kudus berfungsi sebagai penyampai karya Yesus. Dengan bantuan Roh Kudus kita dimampukan untuk melakukan setiap tugas-tugas yang belum terselesaikan diatas dunia. Roh Kudus dilihat sebagai pribadi ketika Yesus diurapi. Roh Kudus yang di curahkan dalam diri manusia adalah sebuah rahmat dari Allah. Dengan Roh Kudus kita juga dapat mengenal Allah melalui: manusia berkenan pada Allah dalam Anak Allah melalui Roh Kudus. Roh Kuduslah penolong kita untuk mengenal Allah.
Alkitab dengan jelas menceritakan akan keberadaan antara Anak dan Roh, Anak memohon kepada Allah agar mengutus Roh bagi murid-muridNya ( Yoh 14:26 ) meskipun dalam Alkitab juga menjelaskan bahwa Anak juga akan mengutus Roh yang datang dari Allah ( Yoh 15:26 ) tetapi setelah Anak pergi. Namun dari hal ini haruslah diberikan pemahaman bahwa Kristus dan Roh tidak dapat dipisahkan sebab pekerjaan Roh Kudus dicirikan oleh keesaanNya dengan Kristus. Hubungan timbal balik antara Roh dan anak menjelaskan ketidak mampuan untuk dipisahkan. Roh bersaksi tentang Anak ( Yoh 15:26; 16:14 ).
Dimana Roh bekerja disitu pulalah Roh Kristus diberitakan dan dimuliakan. Dengan demikian Roh tidak dapat dibedakan sebab Roh Kudus datang dari Kristus dan mau memimpin kita kepada Kristus.  Kedudukan Allah yang paling tinggi memperlihatkan wujud kasih-Nya terhadap dunia ini. Hubungan antara Allah, Anak dan Roh Kudus mempunyai hubungan timbal balik. Bapa memiliki Anak, yang bertujuan memuliakan Allah melalui Roh Kudus, dimana Roh akan bersaksi tentang Allah dan Yesus. Kasih penyelamatan Allah atas dunia ini adalah bentuk inkarnasi Allah dalam kepribadian-Nya yang terungkap melalui Anak dan Roh Kudus.
Dalam pemahaman gereja saat ini akan Roh kudus telah memberikan makna baru. Roh Kudus tampil sebagai wakil Kristus” penghibur yang lain ( penopang, penolong, penasehat dan pemberi semangat  2 Kor 3 : 18; Gal 5 : 22 ). Roh Kudus adalah kuasa yang membangun. Di dalamNya Yesus Kristus memanggil orang menjadi anggota umat-Nya dan percaya-Nya melalui Roh Kudus. Roh Kudus pulalah yang membangun kekristenan di dunia sebagai tubuh-Nya dan dalam kuasa Roh Kudus itu pun Ia mengembangkan, memelihara dan mengaturnya sebagai persekutuan orang-orang kudus
Dalam diri Yesus, Roh Kudus hadir untuk menguatkan Ia mengubah manusia yang berdosa menjadi anggota-Nya. Manusia menantikan kehadiran Roh penghibur dengan penuh harapan ketika Yesus meninggalkan manusia yang berdosa itu.  Roh Kudus adalah saksi dan guru ( 1 Yoh 5:7;2:27 dst ), dengan Roh Kudus kita diyakinkan bahwa kita adalah anak-anak Allah yang melalui perantaraan Yesus Kristus kita telah ditebus. Kesaksian yang diberikan Roh adalah kesaksian dari Allah untuk mewujudkan kasihnya atas seluruh ciptaan melalui pengorbanan anak-Nya Yesus Kristus. Apakah tanda bahwa Roh senantiasa berada didekat kita yaitu ketika kita mengakui bahwa kita pecaya kepada Yesus Kristus disitulah Roh Kudus telah berkarya untuk menguatkan kita (1 Kor. 12:3).
Roh Kudus adalah Roh Ilahi, Ia adalah pribadi yang aktif, Sang pelaksana dari Keallahan, yang menyampaikan tujuan Allah melalui kemuliaan dan pujian, yang datang terlebih dahulu kepada Anak dan melalui Roh yang melayani Anak sepanjang Anak di dunia. Setelah Anak pergi Roh diutus sendiri  untuk melaksanakan tugas yang belum terselesaikan. Allah mewujudkan kasih-Nya melalui Anak dan Roh Kudus.

V.           Kesimpulan
Ø  Kata roh yang kita ambil-alih dari bahasa Arab ruch, adalah terjemahan dari bahasa Ibrani ruach dan kata Yunani pneuma. Pertama, kedua kata ini berarti gerakan udara yang disebabkan oleh nafas. Karena itu, ruach dan pneuma dapat diterjemahkan dengan ‘nafas’.
Ø  Dalam Perjanjian Lama, dapat dilihat beberapa segi pekerjaan Roh, yaituPekerjaan Roh dalam penciptaan, Pekerjaan roh dalam melengkapi bagi pelayanan, Pekerjaan Roh dalam mengilhami pada Nabi.
Ø  Dalam Perjanjian Baru, turunnya Roh Kudus menandai mulainya suatu zaman Baru, suatu zaman kebenaran yang di dalamnya kehendak Allah dilakukan.
Ø  Roh Kudus dilihat sebagai rangkuman segala anugerah Allah. Dialah karunia begitu saja, diberikan kepada siapa saja yang meminta (Luk 11:13). Setiap orang yang beriman atau dibabtis memiliki Roh. Roh Kudus dianugerahkan sebagai akibat langsung dari kepercayaan atau pembabtisan
Ø  Roh Kudus akan menghasilkan buah-buah roh yang baik seperti: Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Ini menjadi kebalikan dari  apa yang disebut Paulus sebagai hidup di dalam daging dengan membuahkan percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya.








Daftar Pustaka


Abineno, J. L. Ch.
2007                           Roh Kudus dan Pekerjaan-Nya, Jakarta (BPK Gunung Mulia).

Barth, C.
2005                           Theologia Perjanjian Lama 4, Jakarta (BPK Gunung Mulia).

Browning, W.R.F.
2007                           Kamus Alkitab, Jakarta (BPK Gunung Mulia).

Davidson, Robert.
1986                           Alkitab Berbicara, Jakarta (BPK Gunung Mulia).

Dister, Nico Syukur.
2004                           Teologi Sistematika 1, Yogyakarta (Kanisius).

Donald Guthrie,
1993                           Teologi Perjanjian Baru II, Jakarta (BPK Gunung Mulia).

Douglas, J.D. (peny.),
2008                           Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid II, Jakarta (Yayasan Komunikasi Bina Kasih).
Four, Xavier Leon-Du.
1990                           Ensiklopedi Perjanjian Baru, Yogyakarta (Kanisius).

Hadiwijono, Harun.
1984                           Iman Kristen, Jakarta (BPK Gunung Mulia).


Hinnels, John R. (ed.)
1995                           A New Dictionary of Religions, USA (Blackwell Publishers Ltd).

Junior, Barclay M. N.
2008                           Kamus Yunani-Indonesia untuk Perjanjian Baru, Jakarta (BPK Gunung Mulia).
Koch, Klaus.
1997                           Kitab yang Agung, Jakarta (BPK Gunung Mulia).

Lohse, Bernhard.
2008                           Pengantar Sejarah Dogma Kristen, Jakarta (BPK Gunung Mulia).

Milne, Bruce.
2003                           Mengenali Kebenaran, Jakarta (BPK Gunung Mulia).

Morris, Leon.
2001                           Teologi Perjanjian Baru, Malang (Gandum Mas).

Mowvley, Harry.
1998                           Penuntun ke dalam Nubuatan Perjanjian Lama, Jakarta (BPK Gunung Mulia).

Marxsen, Willi.
2003                           Pengantar Perjanjian Baru, Jakarta (BPK Gunung Mulia).





[1] J. L. Ch. Abineno, Roh Kudus dan Pekerjaan-Nya, BPK Gunung Mulia, Jakarta 2007: hlm. 5-7.
[2] John R.Hinnels (ed.), A New Dictionary of Religions, Blackwell Publishers Ltd, USA 1995: hlm. 492.
[3] W.R.F. Browning, Kamus Alkitab, BPK Gunung Mulia, Jakarta 2007: hlm. 386.
[4] Xavier Leon-Du Four, Ensiklopedi Perjanjian Baru, Kanisius, Yogyakarta 1990: hlm.470.
[5] Ibid, hlm.471.
[6] Ibid, hlm.472.
[7] Harun Hadiwijono, Iman Kristen, BPK Gunung Mulia, Jakarta 1984: hlm. 131.
[8] Nico Syukur Dister, Teologi Sistematika 1, Kanisius, Yogyakarta 2004: hlm. 246-247.
[9] “Roh Kudus” dalam J.D. Douglas (peny.), Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid II, Yayasan Komunikasi Bina Kasih, Jakarta 2008: hlm. 318-319.
[10] C. Barth, Theologia Perjanjian Lama 4, BPK Gunung Mulia, Jakarta 2005: hlm.  102,  127.
[11] Klaus Koch, Kitab yang Agung, BPK Gunung Mulia, Jakarta 1997: hlm.  48.
[12] Harry Mowvley, Penuntun ke dalam Nubuatan Perjanjian Lama, BPK Gunung Mulia, Jakarta 1998: hlm.  27.
[13] Robert Davidson, Alkitab Berbicara, BPK Gunung Mulia, Jakarta 1986: hlm.  7.
[14] Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru II, BPK Gunung Mulia, Jakarta 1993: hlm. 144.
[15] Nico Syukur Dister, Op.Cit., hlm. 252-253.
[16] Bruce Milne, Mengenali Kebenaran, BPK Gunung Mulia, Jakarta 2003: hlm. 248.
[17] Donald Guthrie, Op. Cit. hlm. 146-148.
[18] Leon Morris, Teologi Perjanjian Baru, Gandum Mas, Malang 2001: hlm. 265-271.
[19] Nico Syukur Dister, Op. Cit., hlm.254-255.
[20] bnd. Luk. 3:22 “dalam rupa jasmani”.
[21] Donal Guthrie, Op. Cit., hlm. 163-164.
[22] παρακλητος = Penolong, pengantara (menunjuk kepada Roh Kudus), (Lih. Barclay M. N. Junior, Kamus Yunani-Indonesia untuk Perjanjian Baru, BPK Gunung Mulia, Jakarta 2008: hlm. 124.
[23] Lebih lanjut Nico Syukur Dister menuturkan tentang hal ini, bahwa baru setelah Yesus pergi, roh bisa datang: “Jikalau Aku tidak pergi, Parakleitos itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu” (Yoh. 16:7). Maksud Yesus ialah perutusan-Nya untuk menjelma menjadi manusia itu harus dipenuhi seluruhnya supaya dapat dipandang dan dijelaskan dalam kesatuan dan kedalamannya. Baru pada “saat” itu “seluruh kebenaran” tersedia untuk “dinyatakan”, yaitu diartikan dan ditafsirkan. Maka baru sejak saat itu pula kepercayaan para murid dapat menjadi penuh dan matang dalam pemahaman iman yang pasca-Paskah. (Bnd. Nico Syukur Dister, Op. cit., hlm. 259.)
[24] Nico Syukur Dister, Op. Cit., hlm. 265.
[25] Ibid., hlm. 264-268.
[26] Ibid.. hlm. 266.
[27]Sejalan dengan itu, Donal Guthrie memaparkan bahwa peran Roh Kudus sebagai Introduktor secara lebih eksplisit nampak dalam bimbingan setiap saat yang diberikan oleh-Nya dalam kehidupan manusia. Paulus berkata bahwa semua orang yang disebut anak-anak Allah dipimpin Roh Allah (Rm. 8:14). Oleh karena itu orang Kristen dibimbing untuk berjalan dalam hidup yang baru (Rm. 6:4), di dalam kasih (Rm. 14:15; Ef. 5:2), menurut jalan yang ditentukan Allah (1 Kor. 7:17; Ef. 2:10; 4:1), karena iman (2 Kor. 5:7), sebagai anak-anak terang (Ef. 5:8), seperti orang arif (Ef. 5:15; Kol. 4:5), di dalam Kristus (Kol. 2:6), sebagai yang berkenan kepada Allah (1 Tes. 4:1). Bnd. Donal Guthrie, Op-cit., hlm. 194
[28] Bnd. Willi Marxsen, Pengantar Perjanjian Baru, BPK Gunung Mulia, Jakarta 2003: hlm. 47.
[29] Xavier Leon-Du Four, Op. Cit., hlm. 268.
[30] Nico Syukur Dister, Op. Cit., hlm. 269.
[31] Nico Syukur Dister, Op. Cit., hlm. 270.
[32] Bernhard Lohse, Pengantar Sejarah Dogma Kristen, BPK Gunung Mulia, Jakarta 2008: hlm. 77-78.
[33] Nico Syukur Dister, Op.Cit., hlm. 158-159.s
[34] Ibid., hlm. 114-122.
[35] J. L. Ch. Abineno, Op. cit., hlm. 72-73.
[36] Ibid., hlm. 84.
[37] Ibid., hlm. 86.
[38] Ibid., hlm. 88-89.

No comments:

Post a Comment