Doktrin Tentang Allah
(Mengungkapkan Kesiapaan Allah Menurut
Pengalaman Spritual Tokok-Tokoh Alkitab dan Para Penulis Alkitab)
I.
Pendahuluan
Allah
sebagai pencipta adalah topik yang tidak asing lagi untuk kita bahas. Allah
menciptakan segala sesuatu yang ada di dalam bumi ini. Salah satu bukti cinta
kasih Allah terhadap manusia adalah penyediaan makanan terhadap alam. Oleh
karena itu alam di pandang sebagi suatu lingkungan tertentu yang melindungi
kita, kita di panggil untuk hidup sebagai teman-teman yang hidup dari alam.
Segala sesuatu yang di bumi, “gunung-gunung, matahari, sungai-sungai, matahari,
bulan, poho-pohon, dan bunga-bunga”, semua itu adalah pemberian Allah. Namun,
apakah kita mengenal Allah? Dalam Alkitab Allah adalah sesuatu yang di sembah
dan yang Abadi(Ul 6:4-5)
Untuk
lebih jelasnya, Saya sebagi penyajiakan mencoba memaparkan kesiapan Allah
menurut pengalaman spritual tokoh-tokoh Alkitab dan Para penulis Akitab.
II.
Pembahasan
2.1.Sejarah Doktrin Allah
Lahirnya suatu doktrin ajaran atau
Dogma Gereja selalu dilatar belakangi suatu upaya Apologetis, yaitu untuk
membela dan mempertahankan pemahaman iman Gereja yang dianut. Upaya apologetis
tersebut merupakan reaksi terhadap berbagai ancaman yang mengrongrong ajaran
Gereja, baik ancaman internal dari dalam, maupun ancaman Eksternal, dari luar.
Ancaman dari dalam biasanya karena adanya suatu perbedaan pandangan dan pemahaman.
Ancaman eksternal terhadap Gereja datang dari luar yang mengkritik,
mempertanyakan dan merongrong keutuhan persekutuan Gereja. Ancaman tersebut
dilakukan dengan serangan-serangan polemik tentang berbagai pokok ajaran
Gereja.[1]
2.2. Siapakah Allah?
Secara doktrinal, ajaran Kekristenan
memahami bahwa manusia tidak mungkin lagi dapat mengenal, mengetahui dan
menemui Allah dengan keberadaan diri-Nya sendiri, memperkenalkan tentang
keberadaan-Nya, yang dinyatakan atau di ungkapkan kepada manusia, baik langsung
atau tidak langsung, baik ciptaanya atau melalui peristiwa alam, baik melaui
suatu perantara maupun tanpa perantara.[2]
Dalam
Alkitab, menurut pendefenisian diri Allah dalam
Kel 3:14, Allah memperkenalkan diri sebagai yang selalu akan ada, tetapi
sebagai yang selalu akan ada dalam bentuk yang Ia pilih sendiri dari
waktu-kewaktu, yaitu: Allah tidak membatasi diri dengan bentuk wahyu tertentu.[3]
Karena
Allah tidak terbatas, maka suatu defenisi yang luas dan lengkap tentang Allah
merupakan suatu kemustahilan. Sekalipu demikian, kita dapat membuat defenisi
sejauh kita mengenal Allah dan tahu tentang DIA. Dan berikut ini ada beberapa
defenisi teologis tentang Allah.[4]
·
M. Luther : Allah
adalah “ Allah yang tersembunyi dalam kemarahan-Nya dan Allah menampakkan Diri didalam
Anugrah-Nya”.
·
Hollaz : Allah dan
ciri-ciri khasnya sesuai dengan tradisi. Allah sendiri berdasarkan 1 Yoh 4:8
didefenisikan sebagai “kasih” dan juga sebagai hakekat rohani yang tak
terbatas.
·
Buwsweel : “Allah adalah Roh, tidak terbatas , kekal,
tidak berubah dalam diri-Nya kuasa-Nya, Kemurahan-Nya, dan Kebenaran-Nya.
·
Strong : “ Allah adalah
Roh yang tidak terbats dan sempurna; di dalam DIA segala sesuatu bersumber,
terpelihara, dan berakhir”.
·
G.W.F. Hegel: Allah
bukanlah suatu hakekat Agung yang abstrak, namun Ia mengkongkretisasikan
diri-Nya sebagai allah Tritunggal.
2.3.
Allah Dalam Pernyataan-Nya
Yang dimaksud dengan peryataan
Allah ialah tindakan Allah untuk menyatakan atau memperkenalkan diri-Nya kepada
manusia, yang menjadi manusia dapat mengenal Allahnya atau mempunyai
pengetahuan tentang Allah-Nya.[5] Mengenal
keberadaan menegenai Allah, Alkitab
tidak memberikan petunjuk-petunjuk berdasarkan akal, tetapi menyajikan
pokok-pokok tentang keberadaan-Nya yang yang tak dapat diragukan, misalnya:
“pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi “ (Kej 1:1) ; “Akulah Tuhan dan
tidak ada yang lain; (Yes 45:5a).[6]
Kita
dapat membuat suatu perumusan bahwa yang terpenting bukanlah pegetahuan tentang
Allah, melainkan pengenalan akan Allah. Mengenal itu adalah melebihi hidup
dihadapan Tuhan. Dan kita hanya dapat mengenal Tuhan, jika Tuhan menyatakan
diri-Nya kepada kita. Namun demikian, pengenalan manusia terhadap Allah
hanyalah sepanjang Allah menyatakan dirinNya sendiri, memperkenalkan tentang keberadaanNya,
yang dinyatakan atau diungkapkan kepada manusia, baik secara langsung atau
tidak langsung, baik melalui ciptaanNya atau melalui peristiwa alam, baik
melalui suatu perantara maupun tanpa perantara.[7]
2.4. Allah menurut
tokoh-tokoh Alkitab
2.4.1.
Abraham
Mula-mula namanya adalah Abram,
yaitu bapa tinggi luhur yang kemudian diberi nama Abraham, yang artinya bapa
orang banyak. Abraham mempunyai hubungan yang erat dengan Allah. Dan kisah
tentang Abraham terdapat dalam Kej. 12: 25. Kisah itu dimulai dengan perintah
dan janji Allah kepada Abraham yang terus berlangsung sampai penggenapannya. [8]
Lalu siapakah Allah bagi Abraham? Allah yang dikenal oleh Abraham adalah Allah
yang maha kuasa (Kej. 17: 1), Allah yang menjadi perisai baginya (Kej. 15:1),
Allah yang maha tinggi pencipta langit dan bumi (Kej. 14: 22), Allah yang
memberkatinya dan yang akan membuat namanya menjadi masyur, memberkati negeri
yang telah dijanjikan Allah kepada keturunannya (Kej. 12: 3,7). Abraham menjadi
semacam simpul bagi sejarah dan perjuangan tokoh-tokoh bangsa dan suku-suku
yang tampil kemudian, sebagai tokoh yang menerima tawaran keselamatan dari
Allah. [9]
2.4.2.
Ishak
Kelahiran Ishak adalah penting,
Ishak adalah ahli waris janji-janji Allah, melalui ia janji-janji akan
digenapi.[10]
Kepada Ishak Allah juga menyatakan dan memperkenalkan diri-Nya, “Akulah Allahmu
Abraham......”(Kej. 26: 24). Allah juga menampakkan diri kepadanya ketika ia di
Gerar, akan tetapi ketika Ishak ingin meninggalkan tanah itu oleh sebab karena
masa kelaparan Allah melarang dia pergi, tetapi menyuruh dia tinggal sebagai
orang penumpang dinegeri yang akan disebutkan Allah kepadanya yaitu tanah
Gerar. Allah akan menyertai dan akan memberkatinya ; Allah akan meneguhkan
sumpah yang telah diiklarkannya kepada Abraham.Allah akan memperbanyak
keturunan dalam segala bangsa dibumi dan akan mendapat berkat. Semua ini akan
diberi Allah kepada Ishak, oleh karena Abraham telah menuruti Firman Allah dan
memelihara kehendak Tuhan.[11]
2.4.3.
Musa
Ketika Musa melihat semak menyala
yang tidak menghanguskan (Kej. 3:1-5). Dan dari penampakan itu Musa melihat
rencana Allah yang besar baginya, dan dari pengalaman akan Allah inilah Musa
mendapatkan kekayaan hidup baru yang ditawarkan sebagai kemungkinan baru bagi
bangsa. Musa mempunyai kedudukan dan peran dalam memperkembangkan kemerdekaan
bangsa dalam iman. Musa merupakan sanksi kebesaran Allah yang mau memperhatikan
bangsa. [12]
Allah akan memperkenalkan diri-Nya kepada Musa dengan sebutan “Aku adalah Aku”.
Nama Allah adalah keterangan dari nama Yahwe atau Tuhan (Kej. 3:13-15). Nama
Yahwe adalah juga Allah nenek moyang orang Israel. Allah menyuruh Musa untuk
memperkenalkan nama-Nya kepada bangsa Israel.[13]
2.4.4.
Yakub
Menurut Tradisi Yaub adalah cucu
Abraham, ia adalah seorang pengembala Yakub dilikiskan sebagi pewaris jiwa dan
semangat Abraham yang benar, karena ia taat dan setia kepada rencana Allah
seperti leluhurnya. Ia mendirikan tempat-tempat ibadah dimana Allah menyatakan
diri dan berbicara dengannya (Kej. 28:13-15).[14]
Yakub
bertemu dengan Allah dibetel, ia mengalami pertemuan dengan Allah melalui
mimpi. Dalam maimpinya Yakub menyaksikan para malaikat Allah naik-turun, dan
melaihat Yahwe berdiri diatas sebuah tangga, serta mendengarkan Allah
mengulangi janji yang dulu diberikan kepada Abraham dan Ishak (Kej. 28:20).[15] Dari mimpi Yakub menandakan bahwa ada
hubungan yang erat antara sorga dan bumi ; demikin tangga itu menjadi lambang
Kristus yang memperbaiki persekutuan antara Allah dan manusia dan membuka
langit untuk kita dengan pekerjaanya (Yoh. 1:5). Kekesokan harinya setelah
Yakub bangun, ia menjadi sangat takut disertai rasa hormat dengan tidak
mngetahui bahwa Allah akan memperlihatkan diri kepadanya. Yakub tau bahwa
teristimewa baginya bila Allah manampakkan diri ditempat itu; itulah sebabkan
ia menamakan tempat itu pintu sorga.
2.4.5.
Yusuf
Yusuf adalah seorang gembala sama
seperti saudara-saudaranya yang lain; bedanya dari yang lain ialah bahwa ia
lebih disayangi Yakub. Tuhan meminpin hidup Yusuf sampai ke Mesir dan menyertai
dia dan melimpahkan kasih-Nya kepada Yusuf.[16]
Ketika Yusuf dipenjara ia dipanggil oleh raja Firaun untuk mengartikan bahwa
mimpi Firaun mempunyai arti yang istimewa, dimana Allah akan memberitakan
kesejahtraan kepada Firaun dan dari mimpi tersebut Ysuf diangkat menjadi
penguasa di Mesir. Sejak ia dibawa orang ke Mesir, suatu pengalaman yang pahit
dan berat yang terutama menarik hati pada Yusuf ialah ketaatanya kepad Tuhan.
Ia berdiri seorang diri ditengah-tengah suatu bangsa yang tidak mengenal Allah,
selaku seorang pemuda di tengah-tengah berbagai godaan, tetapi ia percaya
kepada Tuhan dan selalu berjuang melawan dosa. Ia tetap tinggal sopan, ia
tidak angguh oleh karena ia dapat mengartikan mimpi, tetapi selalu mengembalikan
segala hormat kepada Allah. Yusuf adalah gambaran Tuhan Yesus, sehabis dihina,
ia dihormati, sehabis menderita, ia mendapatkan kesenangan.[17]
2.5. Menurut Para penulis
Alkitab
2.5.1.
Yohanes
Cerita tentang pelayanan dan pekerjaan
Yesus dihadapan umum dalam injil ini terdiri dari cerita-cerita tanda ajaib dan
ucapan-ucapan pengajaran Yesus. (Yoh.
1:1-2) “pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah, dan Firman itu adalah Alla, Ia
pada mulanya bersama-sama dengan Allah”. Yohanes menempatkan Yesus dalam konteks Yahudi, dimana Yesus disebut dengan
istilah-istilah Yahud, seperti “Rabbi, Mesias dan Anak Allah”. Injil ini juga menunjuk
kepada pengakuan dan berita bahwa Yesus adalah anak Allah yang mengambil bagian
dan meneruskan karya Bapa yang juga bekerja sampai hari ini serta berkuasa atas
hari sabat. Pemberian makan kepada 5000 orang (Yoh. 6:1-65) menunjukkan bahwa
Yesus adalah anak manusia yang memberikan diriNya sendiri sebagaimana dari
Allah, yaitu roti hidup yang dari Allah, demikian juga dengan tanda ajaib
penyembuhan orang buta (Yoh. 9:1-41) menunjukkan
bahwa Yesus terang dunia yang menerangi kehidupan manusia dan sekaligus
menunjukkan keadaan sebenarnya dari manusia itu[18].
2.5.2.
Paulus
Sebagai ahli kitab, dan terutama
karena pertemuanya dengan Tuhan yang mulia, Paulus perlu menghubungkan peristiwa-peristiwa
jemaat dengan sejarah keselamatan sebagaimana diketahuinya dari kitab suci dan
dari pewahyuan Tuhan. Hal ini bukan karena imanya sebagai seorang Kristen yang
berpangkal pada pertemuan pribadi dengan Kristus pada perjalan ke Damsyik, tetapi
terutama karena Kristus dilihat sebagai pelaksana karya keselamatan Allah yang
sudah diawalai dengan sejarah keselamatan Israel yang begitu berarti bagi
Paulus. Dalam (Roma.10:9), Paulus sebagai pengakuan iman yang pertama “Yesus
adalah Tuhan”. Selain gelar “Tuhan”, Paulus juga memakai gelar “Anak Allah.
Paulus menyebut Yesus “Anak Allah” kalau Yesus dilihat dari sudut Allah,
sebagai orang yang datang dari Allah. Yesus disebut Anak Allah karena Allahlah
yang mewahhyukan Yesus kepada Paulus.[19]
2.5.3.
Matius
Gelar yang diberikan injil Matius
kepada Yesus ialah Mesias. Mesias adalah anak Daud, tetapi lebih juga dari itu,
yakni Tuhan atau penguasa(Mat.1:1,22:41-46).[20]
Menurut Matius Yesus melukiskan diriNya sebagai gembala (Mat.26:31) dan Matius
juga menggambarkan misiNya dalam hubungan dengan menghimpun domba-domba yang
hilang (Mat.15:24). Bahkan Ia datang dan hadir dalam perjamuan bersama dengan
para pemungut cukai dan oarang berdosa (Mat.9:10;11:19)[21].
2.5.4.
Markus
Markus menekankan dalam Kitabnya
bahwa Tuhan Yesuslah yang pernah hidup dan bekerja didunia ini sebagai manusia
ditengah-tengah manusia. Tuhan Yesus inilah yang menderita dan disalibkan. Dan
kabar baik mengenai Tuhan Yesus tidak boleh dilepaskan dari kenyatan historis
tersebut. Ia menyusuan suatu Kitab, sabda-sabda dan penderiataan Yesus
merupakan suatu satu kesatuan, dan keseluruhan ini merupakan injil atau kabar
baik tentang Kristus (Mark.1:1). Markus juga menegaskan bahwa Yesus memberi
keselamatan bagi orang Yahudi dan bukan Yahudi dan kebutaan kepada murid
(Mark.6:6b-8 :26).[22]
2.5.5. Lukas
Yesus menurut Lukas sangat
menekankan kehadiran kerajaan Allah pada
masa kini. Kehadiranya itu telah nyata dalam pelayananNya ditengah masyarakat
Yahudi. Orang dibebaskan dari kuasa setan. Namun, walaupun demikian Yesus
menurut Lukas tidak mengabaikan kedatangan kerajaan Allah atau lebih tepat
pemenuhan kerajaan Allah itu dimasa depan. Akan tetapi pemenuhan kerajaan Allah
dalam kemegahan dan kemuliaan masih dinantikan dimasa depan[23].
III. Kesimpulan
Allah memperkenalkan diri sebagai
yang selalu ada, tetapi sebagai yang selalu ada dalam bentuk yang Ia pilih dari
waktu kewaktu, yaitu: Allah tidak membatasi
diri dengan bentuk Wahyu tertentu atau dalam bentuk yang Ia Inginkan. Para
pemikir-pemikir Keristen sepanjang masa sudah berusaha untuk membuktikan
keberadaan Allah dan mencoba mendefenisikan siapakah Allah menurut pemikiran
mereka.
[1] Darwin Lumbantobing, Teologi di Pasar Bebas, Pematang
Siantar: L.SAPA, 2007, hlm. 133-134
[2] Darwi Lumbantobing, Op.Cit, hlm. 54
[3] Dieter Becker, Pedoman Dogmatika: Suatu kompedium singkat,
Jakarta: BPK-GM, 2001, hlm. 52
[4] Henry C. Thiessen, Teologi Sistematika, Malang : Gandum
Mas, 2000, hlm. 38
[5] Dieter Becker, Op. Cit. Hlm. 54-56
[6] Milne Bruce, Mengenali Kebenaran, Jakarta: BPK-GM,
2009, hlm. 77
[7] Darwin Lumbantobing, Op.Cit. hlm. 135
[8] David F. Hinson, Sejarah Israel Pada Zaman Alkitab,
Jakarta : BPK-GM, 2004, hlm. 38
[9] F.I. Bakker, Op.Cit. hlm. 181
[10] Darmawijaya Pr, Iman Leluhur, Yogyakarta: KANISIUS,
1992, hlm. 25
[11] F.I. Bakker, Sejarah Kerajaan Allah I, Jakarta:
BPK-GM, 2007, hlm. 172
[12] Darmawijaya Pr, Op.Cit. hlm. 89
[13] Harun Hadiwijono, Iman Keristen, Jakarta: BPK-GM, 2009, hlm. 81
[14] Damawijaya Pr, Op.Cit. hlm. 81
[15] H. W.Rowley, Ibadah Israel Kuno, Jakarta : BPk-GM,
2002, hlm. 25
[16] Snoke I, Sejarah Suci, Jakarta: BPK-GM, 2009, hlm. 55
[17] Snoke I, Op.Cit. hlm. 216
[18] S. Wismoady Wahono, Disini Kutemukan, Jakarta: BPK-GM, 1994,
hlm. 446
[19] Jhon Drane, Memahami Perjanjian
Baru:Pengantar Historis Teologis, Jakarta: BPK-GM, 2005, hlm. 109-410
[20] S. Wismoady Wahono, Op.Cit.
hlm. 374
[21] Willy Marxen, Pengantar Perjanjia Baru:Pendekatan Kritis Terhadap
Masalah-Masalahnya, Jakarta: BPK-GM, 2006, hlm.182
[22] Willy Marxen, Op.Cit, hlm. 372
[23] B.F.Frewes, Satu Injil Tiga
Pekabar:Terjadinya dan Amanat Injil-Injil Matius, Markus, Dan Lukas, Jakarta:
BPK-GM, 1986, hlm. 38
Shalom bapak, ibu dan saudara/i yang dikasihi oleh Tuhan. Apakah ada diantara bapak, ibu maupun saudara/i yang pernah mendengar tentang Shema Yisrael dan V'ahavta? Kalimat pernyataan keesaan YHWH ( Adonai/ Hashem ) dan perintah untuk mengasihiNya yang dapat kita temukan dalam Ulangan/ דברים/ Devarim 6 : 4 - 6 yang juga pernah dikutip oleh Yeshua/ ישוע/ Yesus di dalam Injil khususnya dalam Markus 12 : 29 - 31, sementara perintah untuk mengasihi sesama manusia dapat kita temukan dalam Imamat/ ויקרא/ Vayikra 19 : 18. Mari kita pelajari cara membacanya satu-persatu seperti yang akan dijabarkan di bawah ini :
ReplyDeleteUlangan/ דברים/ Devarim 6 : 4 - 6, " שְׁמַ֖ע יִשְׂרָאֵ֑ל יְהֹוָ֥ה אֱלֹהֵ֖ינוּ יְהֹוָ֥ה ׀ אֶחָֽד׃. וְאָ֣הַבְתָּ֔ אֵ֖ת יְהֹוָ֣ה אֱלֹהֶ֑יךָ בְּכׇל־לְבָבְךָ֥ וּבְכׇל־נַפְשְׁךָ֖ וּבְכׇל־מְאֹדֶֽךָ׃. "
Cara membacanya dengan mengikuti aturan tata bahasa Ibrani yang berlaku, " Shema Yisrael! YHWH [ Adonai ] Eloheinu, YHWH [ Adonai ] ekhad. V'ahavta e YHWH [ Adonai ] Eloheikha bekol levavkha uvkol nafshekha uvkol me'odekha
Imamat/ ויקרא/ Vayikra 19 : 18, " וְאָֽהַבְתָּ֥ לְרֵעֲךָ֖ כָּמ֑וֹךָ. "
Cara membacanya dengan mengikuti aturan tata bahasa Ibrani yang berlaku, " V'ahavta l'reakha kamokha "
Untuk artinya dapat dilihat pada Alkitab LAI.
Diucapkan juga kalimat berkat seperti ini setelah diucapkannya Shema
" . בָּרוּךְ שֵׁם כְּבוֹד מַלְכוּתוֹ לְעוֹלָם וָעֶד. "
( Barukh Shem kevod malkuto, le'olam va'ed, artinya Diberkatilah Nama yang mulia, KerajaanNya untuk selamanya )
🕎✡️🐟🤚🏻👁️📜✍🏼🕯️❤️🤴🏻👑🗝️🛡️🗡️🏹⚖️⚓🕍✝️🗺️🌫️☀️🌒⚡🌈🌌🔥💧🌊🌬️❄️🌱🌾🍇🍎🍏🌹🍷🥛🍯🦁🦅🐂🐏🐑🐎🦌🐪🕊️🐍₪🇮🇱